Ini cerita lanjutan dari Tanpa Judul Bag. 1
Jadi ini bagian duanya..
Yak, langsung membaca saja :) kritik dan sarannya jangan lupa. ^^
***
Esok paginya di sekolah aku mendengar berita dari teman sekelasku, Kalau ternyata Keita sudah jadian dengan Yuina. Kabarnya, mereka jadian sepulang dari taman rekreasi kemarin. Yaah.. aku sudah menduga hal itu. ‘Terima sajalah kenyataan pahit ini Rin..’ dalam hatiku berbicara. Dengan tampang yang tetap ceria, aku memasuki kelasku dan menyapa teman-temanku.
“Pagi kei…” sapaku pada Keita yang sedang duduk di tempat duduknya. Tempat duduknya berada di samping tempat dudukku. Sedangkan tempat dudukku berada dekat jendela.
“Oh, Pagi Rin…” balasnya dengan tersenyum. Dan aku pun segera menaruh tasku di atas meja lalu duduk.
“kudengar kau sudah jadian dengan Yuina ya ??” tanyaku padanya. Aku ingin tahu kebenarannya dari mulut dia sendiri.
“Iya.. kau tau darimana Rin ? padahal niatnya aku mau menceritakan ini padamu saat istirahat nanti lho..” jawabnya. Wajahnya kelihatan sangat ceria.
“Ahaha.. dari yang aku dengar sih begitu…” balasku dengan tersenyum.
“Iya.. jadi saat aku menembaknya, ia menerimaku Rin.. lalu…” dan Keita pun mulai cerita padaku tentang kemarin. Ah, rasanya aku ingin segera pergi... aku tak bisa membiarkan hatiku merasakan sakit yang lebih. Akhirnya aku harus mendengarkan ceritanya itu walau hatiku sesak.
Beberapa hari kemudian, ia curhat denganku, keita bilang padaku kalau sekarang ia sedang bertengkar dengan Yuina. Aku pun memberi saran padanya dan kelihatannya ia menerima saran yang kuberikan. Aku cukup senang bisa membantunya…
Lalu esoknya, aku dan keita pulang sekolah bersama.. Aku senang, akhirnya aku bisa pulang bareng Keita. Jalanannya sudah mulai sepi dan ia mulai bilang padaku kalau ia sudah baikan dengan Yuina. Aku hanya menbalasnya dengan ‘baguslah..’ dan mencoba untuk tersenyum. Aku pun tertunduk… Aku sebal ketika ia selalu cerita tentang Yuina. Itu sedikit membuatku cemburu dan membuat hatiku sesak. Tiba tiba saja kakiku berhenti masih dengan kepala ku yang tertunduk… Keita menyadarinya dan ia berbalik.
“Ada apa Rin ?” tanyanya bingung.
“Aku menyukaimu Kei…” dengan suara pelan aku pun menjawab. Oh tidak, aku sudah tak terkendali.
“Hah?? apaan ?”
“Aku bilang, aku menyukaimu Kei !” tanpa kusadari kata kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku tidak tau harus bagaimana sekarang. “Aku menyukaimu sudah lama.. sejak kita kelas 2 SMP. dan kau sama sekali tak menyadari itu. Sampai sekarang pun, sampai akhirnya kau jadian dengan Yuina, aku masih menyukaimu Kei…” kata-kata itu keluar dengan deras dari mulutku tanpa hentinya dan tanpa kusadari air mataku jatuh. Sial.. aku tak boleh begini di hadapannya. Samar aku lihat dia hanya berdiri terpaku di depanku. Aku tahu dia pasti kaget mendengarnya…
“Rin…” katanya akhirnya. “Ma, Maaf… aku tidak tahu itu. Aku tidak tahu kalau kau menyukaiku… dan aku hanya memikirkan diriku sendiri tanpa tahu perasaanmu. Maaf Rin..” balasnya sambil menghampiriku yang sedang menangis tanpa alasan. Dia merasa menyesal dan meminta maaf berkali-kali padaku… pikiranku kacau. Aku bingung, aku tidak tahu harus bagaimana sekarang. Tanpa memedulikannya aku langsung berlari meninggalkannya sendirian disana dengan mata yang masih dipenuhi dengan air mata ini. Aku mendengarnya dari kejauhan ia memanggil namaku dan aku tak menghiraukannya.
***
Jadi ini bagian duanya..
Yak, langsung membaca saja :) kritik dan sarannya jangan lupa. ^^
***
Esok paginya di sekolah aku mendengar berita dari teman sekelasku, Kalau ternyata Keita sudah jadian dengan Yuina. Kabarnya, mereka jadian sepulang dari taman rekreasi kemarin. Yaah.. aku sudah menduga hal itu. ‘Terima sajalah kenyataan pahit ini Rin..’ dalam hatiku berbicara. Dengan tampang yang tetap ceria, aku memasuki kelasku dan menyapa teman-temanku.
“Pagi kei…” sapaku pada Keita yang sedang duduk di tempat duduknya. Tempat duduknya berada di samping tempat dudukku. Sedangkan tempat dudukku berada dekat jendela.
“Oh, Pagi Rin…” balasnya dengan tersenyum. Dan aku pun segera menaruh tasku di atas meja lalu duduk.
“kudengar kau sudah jadian dengan Yuina ya ??” tanyaku padanya. Aku ingin tahu kebenarannya dari mulut dia sendiri.
“Iya.. kau tau darimana Rin ? padahal niatnya aku mau menceritakan ini padamu saat istirahat nanti lho..” jawabnya. Wajahnya kelihatan sangat ceria.
“Ahaha.. dari yang aku dengar sih begitu…” balasku dengan tersenyum.
“Iya.. jadi saat aku menembaknya, ia menerimaku Rin.. lalu…” dan Keita pun mulai cerita padaku tentang kemarin. Ah, rasanya aku ingin segera pergi... aku tak bisa membiarkan hatiku merasakan sakit yang lebih. Akhirnya aku harus mendengarkan ceritanya itu walau hatiku sesak.
Beberapa hari kemudian, ia curhat denganku, keita bilang padaku kalau sekarang ia sedang bertengkar dengan Yuina. Aku pun memberi saran padanya dan kelihatannya ia menerima saran yang kuberikan. Aku cukup senang bisa membantunya…
Lalu esoknya, aku dan keita pulang sekolah bersama.. Aku senang, akhirnya aku bisa pulang bareng Keita. Jalanannya sudah mulai sepi dan ia mulai bilang padaku kalau ia sudah baikan dengan Yuina. Aku hanya menbalasnya dengan ‘baguslah..’ dan mencoba untuk tersenyum. Aku pun tertunduk… Aku sebal ketika ia selalu cerita tentang Yuina. Itu sedikit membuatku cemburu dan membuat hatiku sesak. Tiba tiba saja kakiku berhenti masih dengan kepala ku yang tertunduk… Keita menyadarinya dan ia berbalik.
“Ada apa Rin ?” tanyanya bingung.
“Aku menyukaimu Kei…” dengan suara pelan aku pun menjawab. Oh tidak, aku sudah tak terkendali.
“Hah?? apaan ?”
“Aku bilang, aku menyukaimu Kei !” tanpa kusadari kata kata itu keluar begitu saja dari mulutku. Aku tidak tau harus bagaimana sekarang. “Aku menyukaimu sudah lama.. sejak kita kelas 2 SMP. dan kau sama sekali tak menyadari itu. Sampai sekarang pun, sampai akhirnya kau jadian dengan Yuina, aku masih menyukaimu Kei…” kata-kata itu keluar dengan deras dari mulutku tanpa hentinya dan tanpa kusadari air mataku jatuh. Sial.. aku tak boleh begini di hadapannya. Samar aku lihat dia hanya berdiri terpaku di depanku. Aku tahu dia pasti kaget mendengarnya…
“Rin…” katanya akhirnya. “Ma, Maaf… aku tidak tahu itu. Aku tidak tahu kalau kau menyukaiku… dan aku hanya memikirkan diriku sendiri tanpa tahu perasaanmu. Maaf Rin..” balasnya sambil menghampiriku yang sedang menangis tanpa alasan. Dia merasa menyesal dan meminta maaf berkali-kali padaku… pikiranku kacau. Aku bingung, aku tidak tahu harus bagaimana sekarang. Tanpa memedulikannya aku langsung berlari meninggalkannya sendirian disana dengan mata yang masih dipenuhi dengan air mata ini. Aku mendengarnya dari kejauhan ia memanggil namaku dan aku tak menghiraukannya.
***