Title : Gray Rose (Chapter 3)
Author : Aulia Sylvain (Hanifah Aulia H) dan Raijuuken (Aleka Rizki A)
Genre : Mystery, Romance
Main Cast :
Oreki Houtaro
Chitanda Eru
Agatha Naomi
Sakurada Yuusuke
Supporting Cast :
Ibara Mayaka
Fukube Satoshi
Disclaimer : Hyouka (Light Novel: Honobu Yonezawa, Manga: Task Ohna)
Siang itu di sekolah tidak biasanya Yuusuke datang telat ke ruang klub itu. ‘Mungkin ada suatu urusan yang harus dikerjakannya’ ujar Naomi pada dirinya sendiri. Tapi di ruang klub itu sudah ada Eru, Mayaka, dan Naomi.
“Hei, bagaimana kalau kita ke perpustakaan dulu sambil menunggu mereka ?” Usul Mayaka memecah keheningan di dalam ruangan itu. Eru dan Naomi saling berpandangan. Sepertinya mereka sudah mulai sedikit tertarik. Mayaka itu selain mengikuti klub Sastra ini dia juga seorang petugas perpustakaan. Eru dan Naomi mengangguk menerima ajakan yang ditawarkan Mayaka. Ketika ingin pergi, tiba-tiba pintu terbuka oleh seseorang… Sreegg.
Mereka segera melihat kearah pintu yang ternyata yang membukanya adalah Houtaro.
“Kalian mau kemana ?” Tanya Houtaro.
“Kami baru saja mau ke perpustakaan…” jawab Mayaka. Houtaro mengabaikan jawaban dari Mayaka.
“Chitanda, ada yang ingin kubicarakan sebentar denganmu.” Ujarnya pada Eru. Matanya tertuju pada Eru. Semua yang mendengarnya terkejut. “Bisa tinggalkan aku dan Eru berdua saja disini ?” pintanya pada Mayaka dan Naomi. Mayaka dan Naomi pasti tau kejadian ketika Houtaro membentak Eru kemarin. Mayaka tak ingin dia membentak Eru lagi.
“Kenapa memangnya ? aku tak bisa meninggalkannya sendiri denganmu disini. Bisa saja kau menyakitinya lagi.” Tolak Mayaka. ‘Tolonglah.. aku sedang tidak ingin berdebat kali ini.’ Batin Houtaro dalam hati.
“A--..” belum sempat Houtaro melanjutkan kata-katanya, Eru menyela. “Biarlah, Mayaka-san.. mungkin Oreki-san memang ada pelu denganku.” Ujar Eru pada Mayaka. Mayaka menyerah, apa boleh buat dia membiarkan Eru dan Houtaro berdua disini.
“Baiklah… ayo Naomi.” Kata Mayaka Akhirnya sambil mengajak Naomi pergi meninggalkan Eru dan Houtaro. Naomi mengangguk. “Tapi awas kalau kau menyakiti Chii-chan lagi..” ancamnya pada Houtaro sebelum pergi. Houtaro tidak membalasnya. Dan pintu pun tertutup.
“Jadi, ada keperluan apa denganku Oreki-san ?” Tanya Eru memecah keheningan diantara mereka.
“Maafkan aku..” Ucap Houtaro sambil membungkukkan badan. “Gomen, kemarin aku sudah membentakmu.” Lanjutnya masih dengan membungkukkan badan. Eru terkejut.
“Ng-nggak apa-apa Oreki-san.. aku memaafkanmu.” Balas Eru. Dia agak sedikit canggung.
“Benarkah ?” Tanya Houtaro bingung menegakkan badannya. Ia masih belum sepenuhnya percaya kalau dirinya sudah di maafkan betul-betul oleh Eru.
“Iya benar… aku sudah memaafkanmu.” Kata Eru lagi tersenyum. Houtaro senang dirinya dimaafkan.
Sementara itu di halaman belakang sekolah, Satoshi dan Yuusuke sedang membicarakan beberapa hal. Mereka berdua diam sebentar dalam keheningan. Saling bertatap-tatapan mata dengan serius.
“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan padaku ?” Tanya Yuusuke pada Satoshi dengan menyilangkan tangannya di dada.
“Langsung saja ke intinya… apa kau masterku ?” balas Satoshi pada Yuusuke dengan wajah yang serius.
“Master ? Siapa itu master ?” Yuusuke balas bertanya dengan tampang polosnya. Entah Yuusuke berpura-pura pada Satoshi atau tidak.
“Hah ? Kamu jangan berpura-pura. Aku tahu itu kamu, master.” Satoshi kaget mendengar jawabannya.
“Tapi maaf.. aku tidak mengerti apa maksudmu. Mungkin kau salah orang..” balas Yuusuke dengan tersenyum. Satoshi terkejut mendengar jawaban ‘salah orang’ yang dilontarkan oleh Yuusuke. Satoshi masih belum sepenuhnya percaya apa yang dikatakannya sebenarnya. Tapi kalau dia terus mendesak Yuusuke untuk mengaku rasanya tidak enak. ‘Apa boleh buat.. hhh,’ Ucapnya dalam hati.
“Baiklah… mungkin kau benar aku salah orang… maaf sudah salah paham padamu.” Ujar Satoshi akhirnya sambil tersenyum.
“Yap. Nggak apa-apa..” balas Yuusuke. ‘Suman Satoshi… mungkin ini yang terbaik. Kalau sudah waktunya aku akan memberitahumu.’ Batin Yuusuke.
“Oke, bagaimana kalau sekarang kita kembali ke ruang klub ?” ajak Satoshi. Dan mereka segera pergi meninggalkan tempat itu.
Tentu saja Satoshi tidak mudah untuk percaya dengan perkataan Yuusuke kalau dia bukan masternya. Diam diam ia menyelidiki tentang Yuusuke tanpa sepengetahuan Yuusuke dan lainnya. Dimulai darimana dia dilahirkan, asal sekolahnya, alamatnya, bahkan nama kedua orang tuanya. Memang tak semudah yang dibayangkan Satoshi dalam mencari informasi seseorang. Tapi ia akan berusaha demi mengetahui siapa Yuusuke sebenarnya.
Bel pulang sekolah berdering saatnya murid-murid pulang ke rumah masing-masing begitu juga anggota klub sastra. Ketika Houtaro, Satoshi, Eru, Mayaka, dan Naomi akan pulang bareng, datanglah Yuusuke menyapa mereka. Lalu dia meminta Eru untuk pulang bareng dengannya. Eru sebenarnya masih ragu ragu untuk menerimanya. “Tolonglah.. aku sedang buru-buru nih… nanti aku boncengin pake sepedamu deh… lagi kita kan searah.” mohon Yuusuke dengan sangat pada Eru. Eru berpikir sejenak, dan akhirnya dia pun membolehkannya. Houtaro dan Satoshi melihat Eru yang diajak pulang oleh Yuusuke. Kemudian Satoshi melihat kearah Houtaro yang ekspresinya seperti rasa sebal. Satoshi menjadi curiga.
Selama perjalanan Yuusuke dan Eru mengobrol banyak hal.
“Chitanda-chan..” panggil Yuusuke sambil menggoes sepeda Eru.
“Iya ??” Jawab Eru yang diboncenginya dengan posisi duduk menyamping.
“Bagaimana hubungan kalian ?” Tanya Yuusuke.
“Kalian ? Kalian siapa ?” jawab Eru tidak mengerti.
“Tentu saja kamu dan Houtaro. Bukankah kalian ada hubungan special ?” Tanya Yuusuke lagi.
“Hu-hubungan special !?” ucap Eru tampak terkejut dengan wajah memerah.
“Apa aku benar ?” Tanya Yuusuke masih menggoes sepeda Eru.
“Ng-Nggak, aku nggak punya hubungan seperti itu dengan Oreki-san.” Jawab Eru panik.
“Naruhodo.. kalau begitu apa aku boleh minta tolong ?” Tanya Yuusuke lagi sambil tersenyum.
“Minta tolong ? minta tolong apaan ?” sahut Eru heran.
“Tolong indahkan masa depan Houtaro.” Jelas Yuusuke. Eru tampak tidak mengerti.
“Sekarang mungkin kamu takkan mengerti. Tapi nanti…” ucap Yuusuke terhenti. “nanti kamu akan tahu harus apa dan bagaimana, Chitanda Eru-chan.” Lanjut Yuusuke sambil menoleh sedikit dan tersenyum. Eru dapat melihat senyuman itu dan Nampak tak asing melihatnya. Dan juga senyuman hangat itu pernah ia lihat dulu. Ia mencoba mengingat-ingatnya.
Mereka sudah sampai rumah Yuusuke. Saatnya mereka berpisah. Walaupun searah, tapi rumah mereka tidak berdekatan. Rumah Eru masih jauh lagi dari rumah Yuusuke.
“Terima kasih sudah mengantarku.” Ucap Yuusuke pada Eru.
“Iya, Sama-sama.” Jawabnya. Setelah itu mereka berpamitan dan berpisah. Eru mulai menaiki sepedanya kemudian mengendarainya sampai rumahnya. Yuusuke melambaikan tangannya. Selama perjalanan pulang ke rumah Eru, Eru masih mencoba memikirkan dan mengingat-ingat senyuman Yuusuke selama dia memboncenginya. ‘Rasanya pernah lihat..’ pikir Eru sambil menggoes sepedanya.
***
Suatu malam, Eru yang sedang duduk di depan meja belajar yang awal niatnya untuk belajar tiba-tiba tampak lemas dan capai kemudian menidurkan kepalanya diatas meja belajarnya. “Nanao-chan.” Ucap Eru lemas sambil memalingkan wajahnya kearah jendela kamarnya dan perlahan matanya tertutup. Eru mengingat kenangan indah di masa kecilnya.
“Nanao chan.. tunggu..” Panggil Eru kecil mengejar seorang gadis yang berambut sebahu berwarna hitam dengan jepitan kecil mungil di poni miringnya.
“Ayo Eru chan kalau kita telat kita bisa ketinggalan.” Balas seorang gadis yang dipanggil ‘Nanao’ oleh Eru kecil.
Kemudian dari kejauhan Fuyumi kecil sedang berjalan bersama seorang anak laki-laki. Tiba-tiba terdengar suara jeritan. Ternyata Nanao sedang dikejar oleh seekor anjing.
“Eru chan tolong!!” Teriak Nanao ketakutan. Eru tidak bisa membantu apa-apa karena ia juga takut. Nanao dan Eru segera berlari menghampiri Fuyumi dan juga laki-laki itu lalu bersembunyi dibelakang Fuyumi dan anak laki-laki itu. Anjing yang mengejar Nanao dan Eru menyalaki mereka. Melihat hal itu anak laki-laki yang bersama Fuyumi itu mengambil sebuah batu yang ia temukan dijalan. Kemudian dilemparlah anjing itu menggunakan batu itu dan mengenai kepala anjing itu. Anjing itu pun langsung lari menjauh karena kesakitan.
“kalian tidak apa-apa?” Tanya anak laki-laki itu. Eru dan Nanao tersengal-sengal karena lelah berlari menghindari kejaran dari anjing itu. untung saja mereka lari menuju Fuyumi dan anak laki-laki itu.
“Kalian mau kemana kejar-kejaran begitu ?” Tanya Fuyumi.
“Ka-kami mau menonton film detektif.” Jawab Nanao masih dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Oh.. film itu. Kami juga mau kesana.” Sahut anak laki-laki itu. Nanao melihat kearah anak laki-laki tersebut dan nampaknya ia terpesona pada laki-laki yang terlihat berwibawa tersebut.
“Bagaimana kalau kita pergi kesana bersama ?” ajak Fuyumi. Eru dan Nanao pun menerimanya. Kemudian mereka berempat pergi bersama.
“Oh ya, namamu siapa ?” Tanya Nanao dengan malu-malu.
“Aku ? haha.. kamu bisa memanggilku Yuu.” Jawab anak laki-laki itu tersenyum dan tampak ceria.
“Yuu-kun.” Ucap Nanao dengan wajah memerah.
“Kalau namamu siapa ?” Yuu balik bertanya dengan cool.
“Nao… eh, ehmm..” jawab Nanao sambil berpikir sejenak.
“Dia Nanao-chan.” Potong Eru.
“Eh, Eru chan, jangan nama itu.” tolak Nanao sambil manyun.
“Oh… Nanao kah ? Nama yang imut. Haha..” ujar Yuu tertawa dengan mengedipkan sebelah matanya. Wajah Nanao pun memerah melihat Yuu yang ceria itu dan memuji namanya. Mereka pun pergi bersama.
Sore harinya saat mereka selesai nonton film itu, mereka pulang dan berpisah.
“Yumi chan.” Panggil Yuu pada Fuyumi.
“Apa ?” sahut Fuyumi.
“Apa menurutmu aku terlalu cepat dewasa ?” Tanya Yuu dengan tampang polos.
“Iya, kamu terlihat seperti itu. Sekarang kamu sudah lebih tua.” Jawab Fuyumi sambil tersenyum.
“Hmm.. dasar.” Gerutu Yuu.
Di tempat lain Eru dan Nanao juga sempat mengobrol dalam perjalanan pulang.
“Eru chan, anak laki-laki tadi ganteng ya ?” Tanya Nanao.
“Iya, dia ganteng banget.” Jawab Eru tampak bersinar matanya.
“Eh ?!” balas Nanao kaget melihat Eru.
Mereka berdua pun tiba di rumah kediama keluarga Chitanda. Mereka terlihat sedang asik duduk-duduk di teras pinggir rumah.
“Eru chan, laki-laki tadi siapanya Irisu san ya ?” Tanya Nanao penasaran.
“Hmmm.. aku nggak tau. Tapi aku juga penasaran. Aku penasaran !” sahut Eru dengan mata berbinar-binar.
“Gimana kalau kita tanyain nanti pada Irisu san ?” usul Nanao.
“Kenapa nanti ? sekarang aja kita telepon.” Ujar Eru bersemangat.
“Telepon ? tapi Eru chan…” belum sempat menyelesaikan perkataannya, tangan Nanao sudah ditarik oleh Eru.
Kemudian mereka pun berlalri menuju telpon rumah. Eru menelpon ke kediama keluarga Irisu. Terdengar suara nada telepon disebarang sana. Kemudian dari seberang sana ada yang mengangkatnya.
“Halo..” sapa Eru di telpon.
“Ya halo..?? dengan siapa disana ?” jawab seseorang diseberang sana. Dari suaranya yang seperti adalah seorang anak laki-laki.
“Ini Yuu?” Tanya Eru bersemangat.
“Iya. Ada apa ya ?” jawab laki-laki yang ternyata Yuu dan balik bertanya.
“Kamu siapanya Fuyumi san ? Aku penasaran !” Tanya Eru dengan mata berbinar-binar dan bersemangat.
“Eeeh ??! itu Yuu kun ??!!” ucap Nanao kaget. Sontak Nanao pun langsung menarik Eru dan merebut gagang telepon itu.
“Halo…? I-ini aku. Nao, ma-maksudku Nanao.” Ujar Nanao senang dan malu-malu.
“Ohh.. Nanao chan. Ada apa ?” Tanya Yuu diseberang.
“Ka-kamu ada hubungan apa dengan Irisu san ? Apa kalian…” Tanya Nanao yang belum sempat menyelesaikan pertanyaannya.
“Nggak. Kami hanya sepupuan aja. Kenapa memangnya ?” potong Yuu seperti tahu apa yang ingin diomongkan oleh Nanao.
“Ehmm.. nggak ada apa-apa kok. Maaf udah ganggu. Selamat malam..” jawab Nanao yang kemudian menutup teleponnya.
“Eh, langsung ditutup ?” Tanya Yuu sambil menutup teleponnya.
“Bagaimana Nanao chan ? dia siapanya Fuyumi san ?” Tanya Eru penasaran.
“Dia ternyata hanya saudara sepupu Irisu-san.” Jawab Nanao senang.
“Begitu ya. Syukurlah…” ucap Eru senang sambil menghela nafas. Nanao tersenyum.
Tiba-tiba semua terasa berguncang, semua menjadi buram tak jelas seperti sebuah adegan yang dilewatkan. Dan lalu Eru kecil mengejar Nanao yang dibawa oleh orang asing menggunakan mobil. Dia pun menangis tanpa henti. Saat itu lewatlah Yuu dan Fuyumi.
“Eh, Yumi chan, kenapa harus aku yang membawa barang belanjaan ini ?” gerutu Yuu sambil membawa barang belanjaan yang begitu banyak.
“Kamu kan laki-laki, harus kuat dong.!” Sahut Fuyumi.
“Iya bener sih.. tapi kan…” balas Yuu kurang setuju.
“Sudahlah, jangan banyak alasan dan bawa semua ini sampai rumah. Atau kamu tega membiarkan seorang gadis membawa barang yang berat ?” potong Fuyumi.
“Hah..?? dasar kamu ini Yumi chan.” Ujar Yuu.
“Tunggu, sepertinya aku mendengar suara tangisan.” Sambung Yuu sambil menghentikan langkahnya dan menempelkan jarinya ke bibir.
“Iya, aku juga mendengarnua.” Balas Fuyumi sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber tangisan itu. kemudian dia melihat ke bawah jembatan. Disana ada seorang gadis kecil sedang menangis. Sontak Fuyumi langsung berlari kearah sana.
“Hei, Yumi chan! Ada apa ? tunggu aku.” Panggil Yuu berusaha mengejar Fuyumi yang berlari dengan tergesa-gesa. “Sial, gara-gara barang belanjaan ini aku jadi nggak bisa lari.” Gerutu Yuu sambil berjalan perlahan.
“Chitanda ? ternyata itu kamu ? ada apa ?” Tanya Fuyumi tampak cemas.
“Fuyumi san, Na-nanao chan… di-dia…” jawab Eru menyadari kehadiran Fuyumi dengan terisak-isak dan terbata-bata.
“Kenapa ? ada apa dengan Nanao san ?” Tanya Fuyumi panik sambil berusaha menenangkan Eru dan dirinya.
“Dia… dia dibawa orang asing.” Jawab Eru masih tersedu-sedu.
“Maksudmu dia diculik ?” Tanya Fuyumi lagi yang terdengar seperti panik. Eru tidak menjawab apa-apa hanya menganggukan kepala saja.
“Akhirnya sampai juga.” Ucap Yuu sambil meletakkan barang bawaannya dan tersengal-sengal. Saat melihat ke depan Yuu kaget ternyata yang menangis adalah Eru.
“Ada apa ? Yumi chan, dia kenapa ?” Tanya Yuu dengan polosnya.
“Nanao san diculik..” jawab Fuyumi perlahan.
“A-apa ?” Tanya Yuu kaget. Eru tidak mau berhenti menangis. Suasana menjadi tegang disana dan tidak karuan. Fuyumi berusaha menenangkannya, tapi ternyata sia-sia. Ia ingin berbuat sesuatu, tapi tak bisa melakukannya. Yuu pun menghampiri Eru.
“Siapa namamu ?” Tanya Yuu lembut sambil tersenyum.
“Eru. Chitanda Eru.” Jawab Eru sambil tetap menangis.
“Ayo berdirilah Eru chan.” Ujar Yuu sambil membantu Eru berdiri yang menangis sambil duduk memeluk lutut. “Lihatlah aku, Eru chan. Lihat kemari.” Sambung Yuu sambil mengarahkan wajah Eru kearahnya dengan kedua tangannya.
“Aku akan temukan Nanao chan. Bukan, maksudku aku pasti temukan dia.” Ucap Yuu meyakinkan Eru.
“B-benarkah ?” sahut Eru dengan agak sedikit lebih tenang.
“Ya, aku pasti temukan Nanao chan. Aku berjanji padamu.” Jawab Yuu yakin. Eru mulai berhenti menangis.
“Aku adalah seorang detektif. Aku akan menemukannya dan menyelamatkan Nanao chan.” Sambung Yuu sambil menepuk dada. “tenang saja, jangan menangis lagi. Tersenyumlah, Eru chan…” tambah Yuu sambil mengusap kepala Eru dan tersenyum hangat. Senyuman hangat itu membuat hati Eru tenang dan merasa hangat.
Chitanda Eru POV
“eemmhh..” ucapku sambil merentangkan tangan dan berusaha mengumpulkan kesadaran. Ketika sadar, aku sudah berada di meja belajarku. Kulihat diatas meja belajarku sudah terdapat buku dan peralatan tulis. Aku baru ingat, semalam aku berniat untuk mengerjakan PR tapi aku ketiduran. Aku mengalihkan pandanganku ke jam alarm yang terpajang diatas meja belajarku. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Masih sangat pagi sekali untuk pergi ke sekolah. Tiba-tiba aku teringat senyuman itu. Ya, senyuman yang mampu membuatku hangat dan tenang. Senyuman yang tak bisa kulupakan. Dan aku teringat akan lelaki yang disebut ‘Yuu’ itu. aku tidak tahu nama aslinya tapi sewaktu kecil aku memanggilnya ‘Yuu’.
‘Siapa dia ya sebenarnya ? sedang apa dia sekarang ? apa dia masih ingat padaku ?’ pikirku. Setelah itu aku segera membereskan kamarku dan peralatan tulisku yang berada di atas meja belajarku.
Author : Aulia Sylvain (Hanifah Aulia H) dan Raijuuken (Aleka Rizki A)
Genre : Mystery, Romance
Main Cast :
Oreki Houtaro
Chitanda Eru
Agatha Naomi
Sakurada Yuusuke
Supporting Cast :
Ibara Mayaka
Fukube Satoshi
Disclaimer : Hyouka (Light Novel: Honobu Yonezawa, Manga: Task Ohna)
Siang itu di sekolah tidak biasanya Yuusuke datang telat ke ruang klub itu. ‘Mungkin ada suatu urusan yang harus dikerjakannya’ ujar Naomi pada dirinya sendiri. Tapi di ruang klub itu sudah ada Eru, Mayaka, dan Naomi.
“Hei, bagaimana kalau kita ke perpustakaan dulu sambil menunggu mereka ?” Usul Mayaka memecah keheningan di dalam ruangan itu. Eru dan Naomi saling berpandangan. Sepertinya mereka sudah mulai sedikit tertarik. Mayaka itu selain mengikuti klub Sastra ini dia juga seorang petugas perpustakaan. Eru dan Naomi mengangguk menerima ajakan yang ditawarkan Mayaka. Ketika ingin pergi, tiba-tiba pintu terbuka oleh seseorang… Sreegg.
Mereka segera melihat kearah pintu yang ternyata yang membukanya adalah Houtaro.
“Kalian mau kemana ?” Tanya Houtaro.
“Kami baru saja mau ke perpustakaan…” jawab Mayaka. Houtaro mengabaikan jawaban dari Mayaka.
“Chitanda, ada yang ingin kubicarakan sebentar denganmu.” Ujarnya pada Eru. Matanya tertuju pada Eru. Semua yang mendengarnya terkejut. “Bisa tinggalkan aku dan Eru berdua saja disini ?” pintanya pada Mayaka dan Naomi. Mayaka dan Naomi pasti tau kejadian ketika Houtaro membentak Eru kemarin. Mayaka tak ingin dia membentak Eru lagi.
“Kenapa memangnya ? aku tak bisa meninggalkannya sendiri denganmu disini. Bisa saja kau menyakitinya lagi.” Tolak Mayaka. ‘Tolonglah.. aku sedang tidak ingin berdebat kali ini.’ Batin Houtaro dalam hati.
“A--..” belum sempat Houtaro melanjutkan kata-katanya, Eru menyela. “Biarlah, Mayaka-san.. mungkin Oreki-san memang ada pelu denganku.” Ujar Eru pada Mayaka. Mayaka menyerah, apa boleh buat dia membiarkan Eru dan Houtaro berdua disini.
“Baiklah… ayo Naomi.” Kata Mayaka Akhirnya sambil mengajak Naomi pergi meninggalkan Eru dan Houtaro. Naomi mengangguk. “Tapi awas kalau kau menyakiti Chii-chan lagi..” ancamnya pada Houtaro sebelum pergi. Houtaro tidak membalasnya. Dan pintu pun tertutup.
“Jadi, ada keperluan apa denganku Oreki-san ?” Tanya Eru memecah keheningan diantara mereka.
“Maafkan aku..” Ucap Houtaro sambil membungkukkan badan. “Gomen, kemarin aku sudah membentakmu.” Lanjutnya masih dengan membungkukkan badan. Eru terkejut.
“Ng-nggak apa-apa Oreki-san.. aku memaafkanmu.” Balas Eru. Dia agak sedikit canggung.
“Benarkah ?” Tanya Houtaro bingung menegakkan badannya. Ia masih belum sepenuhnya percaya kalau dirinya sudah di maafkan betul-betul oleh Eru.
“Iya benar… aku sudah memaafkanmu.” Kata Eru lagi tersenyum. Houtaro senang dirinya dimaafkan.
Sementara itu di halaman belakang sekolah, Satoshi dan Yuusuke sedang membicarakan beberapa hal. Mereka berdua diam sebentar dalam keheningan. Saling bertatap-tatapan mata dengan serius.
“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan padaku ?” Tanya Yuusuke pada Satoshi dengan menyilangkan tangannya di dada.
“Langsung saja ke intinya… apa kau masterku ?” balas Satoshi pada Yuusuke dengan wajah yang serius.
“Master ? Siapa itu master ?” Yuusuke balas bertanya dengan tampang polosnya. Entah Yuusuke berpura-pura pada Satoshi atau tidak.
“Hah ? Kamu jangan berpura-pura. Aku tahu itu kamu, master.” Satoshi kaget mendengar jawabannya.
“Tapi maaf.. aku tidak mengerti apa maksudmu. Mungkin kau salah orang..” balas Yuusuke dengan tersenyum. Satoshi terkejut mendengar jawaban ‘salah orang’ yang dilontarkan oleh Yuusuke. Satoshi masih belum sepenuhnya percaya apa yang dikatakannya sebenarnya. Tapi kalau dia terus mendesak Yuusuke untuk mengaku rasanya tidak enak. ‘Apa boleh buat.. hhh,’ Ucapnya dalam hati.
“Baiklah… mungkin kau benar aku salah orang… maaf sudah salah paham padamu.” Ujar Satoshi akhirnya sambil tersenyum.
“Yap. Nggak apa-apa..” balas Yuusuke. ‘Suman Satoshi… mungkin ini yang terbaik. Kalau sudah waktunya aku akan memberitahumu.’ Batin Yuusuke.
“Oke, bagaimana kalau sekarang kita kembali ke ruang klub ?” ajak Satoshi. Dan mereka segera pergi meninggalkan tempat itu.
Tentu saja Satoshi tidak mudah untuk percaya dengan perkataan Yuusuke kalau dia bukan masternya. Diam diam ia menyelidiki tentang Yuusuke tanpa sepengetahuan Yuusuke dan lainnya. Dimulai darimana dia dilahirkan, asal sekolahnya, alamatnya, bahkan nama kedua orang tuanya. Memang tak semudah yang dibayangkan Satoshi dalam mencari informasi seseorang. Tapi ia akan berusaha demi mengetahui siapa Yuusuke sebenarnya.
Bel pulang sekolah berdering saatnya murid-murid pulang ke rumah masing-masing begitu juga anggota klub sastra. Ketika Houtaro, Satoshi, Eru, Mayaka, dan Naomi akan pulang bareng, datanglah Yuusuke menyapa mereka. Lalu dia meminta Eru untuk pulang bareng dengannya. Eru sebenarnya masih ragu ragu untuk menerimanya. “Tolonglah.. aku sedang buru-buru nih… nanti aku boncengin pake sepedamu deh… lagi kita kan searah.” mohon Yuusuke dengan sangat pada Eru. Eru berpikir sejenak, dan akhirnya dia pun membolehkannya. Houtaro dan Satoshi melihat Eru yang diajak pulang oleh Yuusuke. Kemudian Satoshi melihat kearah Houtaro yang ekspresinya seperti rasa sebal. Satoshi menjadi curiga.
Selama perjalanan Yuusuke dan Eru mengobrol banyak hal.
“Chitanda-chan..” panggil Yuusuke sambil menggoes sepeda Eru.
“Iya ??” Jawab Eru yang diboncenginya dengan posisi duduk menyamping.
“Bagaimana hubungan kalian ?” Tanya Yuusuke.
“Kalian ? Kalian siapa ?” jawab Eru tidak mengerti.
“Tentu saja kamu dan Houtaro. Bukankah kalian ada hubungan special ?” Tanya Yuusuke lagi.
“Hu-hubungan special !?” ucap Eru tampak terkejut dengan wajah memerah.
“Apa aku benar ?” Tanya Yuusuke masih menggoes sepeda Eru.
“Ng-Nggak, aku nggak punya hubungan seperti itu dengan Oreki-san.” Jawab Eru panik.
“Naruhodo.. kalau begitu apa aku boleh minta tolong ?” Tanya Yuusuke lagi sambil tersenyum.
“Minta tolong ? minta tolong apaan ?” sahut Eru heran.
“Tolong indahkan masa depan Houtaro.” Jelas Yuusuke. Eru tampak tidak mengerti.
“Sekarang mungkin kamu takkan mengerti. Tapi nanti…” ucap Yuusuke terhenti. “nanti kamu akan tahu harus apa dan bagaimana, Chitanda Eru-chan.” Lanjut Yuusuke sambil menoleh sedikit dan tersenyum. Eru dapat melihat senyuman itu dan Nampak tak asing melihatnya. Dan juga senyuman hangat itu pernah ia lihat dulu. Ia mencoba mengingat-ingatnya.
Mereka sudah sampai rumah Yuusuke. Saatnya mereka berpisah. Walaupun searah, tapi rumah mereka tidak berdekatan. Rumah Eru masih jauh lagi dari rumah Yuusuke.
“Terima kasih sudah mengantarku.” Ucap Yuusuke pada Eru.
“Iya, Sama-sama.” Jawabnya. Setelah itu mereka berpamitan dan berpisah. Eru mulai menaiki sepedanya kemudian mengendarainya sampai rumahnya. Yuusuke melambaikan tangannya. Selama perjalanan pulang ke rumah Eru, Eru masih mencoba memikirkan dan mengingat-ingat senyuman Yuusuke selama dia memboncenginya. ‘Rasanya pernah lihat..’ pikir Eru sambil menggoes sepedanya.
***
Suatu malam, Eru yang sedang duduk di depan meja belajar yang awal niatnya untuk belajar tiba-tiba tampak lemas dan capai kemudian menidurkan kepalanya diatas meja belajarnya. “Nanao-chan.” Ucap Eru lemas sambil memalingkan wajahnya kearah jendela kamarnya dan perlahan matanya tertutup. Eru mengingat kenangan indah di masa kecilnya.
“Nanao chan.. tunggu..” Panggil Eru kecil mengejar seorang gadis yang berambut sebahu berwarna hitam dengan jepitan kecil mungil di poni miringnya.
“Ayo Eru chan kalau kita telat kita bisa ketinggalan.” Balas seorang gadis yang dipanggil ‘Nanao’ oleh Eru kecil.
Kemudian dari kejauhan Fuyumi kecil sedang berjalan bersama seorang anak laki-laki. Tiba-tiba terdengar suara jeritan. Ternyata Nanao sedang dikejar oleh seekor anjing.
“Eru chan tolong!!” Teriak Nanao ketakutan. Eru tidak bisa membantu apa-apa karena ia juga takut. Nanao dan Eru segera berlari menghampiri Fuyumi dan juga laki-laki itu lalu bersembunyi dibelakang Fuyumi dan anak laki-laki itu. Anjing yang mengejar Nanao dan Eru menyalaki mereka. Melihat hal itu anak laki-laki yang bersama Fuyumi itu mengambil sebuah batu yang ia temukan dijalan. Kemudian dilemparlah anjing itu menggunakan batu itu dan mengenai kepala anjing itu. Anjing itu pun langsung lari menjauh karena kesakitan.
“kalian tidak apa-apa?” Tanya anak laki-laki itu. Eru dan Nanao tersengal-sengal karena lelah berlari menghindari kejaran dari anjing itu. untung saja mereka lari menuju Fuyumi dan anak laki-laki itu.
“Kalian mau kemana kejar-kejaran begitu ?” Tanya Fuyumi.
“Ka-kami mau menonton film detektif.” Jawab Nanao masih dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Oh.. film itu. Kami juga mau kesana.” Sahut anak laki-laki itu. Nanao melihat kearah anak laki-laki tersebut dan nampaknya ia terpesona pada laki-laki yang terlihat berwibawa tersebut.
“Bagaimana kalau kita pergi kesana bersama ?” ajak Fuyumi. Eru dan Nanao pun menerimanya. Kemudian mereka berempat pergi bersama.
“Oh ya, namamu siapa ?” Tanya Nanao dengan malu-malu.
“Aku ? haha.. kamu bisa memanggilku Yuu.” Jawab anak laki-laki itu tersenyum dan tampak ceria.
“Yuu-kun.” Ucap Nanao dengan wajah memerah.
“Kalau namamu siapa ?” Yuu balik bertanya dengan cool.
“Nao… eh, ehmm..” jawab Nanao sambil berpikir sejenak.
“Dia Nanao-chan.” Potong Eru.
“Eh, Eru chan, jangan nama itu.” tolak Nanao sambil manyun.
“Oh… Nanao kah ? Nama yang imut. Haha..” ujar Yuu tertawa dengan mengedipkan sebelah matanya. Wajah Nanao pun memerah melihat Yuu yang ceria itu dan memuji namanya. Mereka pun pergi bersama.
Sore harinya saat mereka selesai nonton film itu, mereka pulang dan berpisah.
“Yumi chan.” Panggil Yuu pada Fuyumi.
“Apa ?” sahut Fuyumi.
“Apa menurutmu aku terlalu cepat dewasa ?” Tanya Yuu dengan tampang polos.
“Iya, kamu terlihat seperti itu. Sekarang kamu sudah lebih tua.” Jawab Fuyumi sambil tersenyum.
“Hmm.. dasar.” Gerutu Yuu.
Di tempat lain Eru dan Nanao juga sempat mengobrol dalam perjalanan pulang.
“Eru chan, anak laki-laki tadi ganteng ya ?” Tanya Nanao.
“Iya, dia ganteng banget.” Jawab Eru tampak bersinar matanya.
“Eh ?!” balas Nanao kaget melihat Eru.
Mereka berdua pun tiba di rumah kediama keluarga Chitanda. Mereka terlihat sedang asik duduk-duduk di teras pinggir rumah.
“Eru chan, laki-laki tadi siapanya Irisu san ya ?” Tanya Nanao penasaran.
“Hmmm.. aku nggak tau. Tapi aku juga penasaran. Aku penasaran !” sahut Eru dengan mata berbinar-binar.
“Gimana kalau kita tanyain nanti pada Irisu san ?” usul Nanao.
“Kenapa nanti ? sekarang aja kita telepon.” Ujar Eru bersemangat.
“Telepon ? tapi Eru chan…” belum sempat menyelesaikan perkataannya, tangan Nanao sudah ditarik oleh Eru.
Kemudian mereka pun berlalri menuju telpon rumah. Eru menelpon ke kediama keluarga Irisu. Terdengar suara nada telepon disebarang sana. Kemudian dari seberang sana ada yang mengangkatnya.
“Halo..” sapa Eru di telpon.
“Ya halo..?? dengan siapa disana ?” jawab seseorang diseberang sana. Dari suaranya yang seperti adalah seorang anak laki-laki.
“Ini Yuu?” Tanya Eru bersemangat.
“Iya. Ada apa ya ?” jawab laki-laki yang ternyata Yuu dan balik bertanya.
“Kamu siapanya Fuyumi san ? Aku penasaran !” Tanya Eru dengan mata berbinar-binar dan bersemangat.
“Eeeh ??! itu Yuu kun ??!!” ucap Nanao kaget. Sontak Nanao pun langsung menarik Eru dan merebut gagang telepon itu.
“Halo…? I-ini aku. Nao, ma-maksudku Nanao.” Ujar Nanao senang dan malu-malu.
“Ohh.. Nanao chan. Ada apa ?” Tanya Yuu diseberang.
“Ka-kamu ada hubungan apa dengan Irisu san ? Apa kalian…” Tanya Nanao yang belum sempat menyelesaikan pertanyaannya.
“Nggak. Kami hanya sepupuan aja. Kenapa memangnya ?” potong Yuu seperti tahu apa yang ingin diomongkan oleh Nanao.
“Ehmm.. nggak ada apa-apa kok. Maaf udah ganggu. Selamat malam..” jawab Nanao yang kemudian menutup teleponnya.
“Eh, langsung ditutup ?” Tanya Yuu sambil menutup teleponnya.
“Bagaimana Nanao chan ? dia siapanya Fuyumi san ?” Tanya Eru penasaran.
“Dia ternyata hanya saudara sepupu Irisu-san.” Jawab Nanao senang.
“Begitu ya. Syukurlah…” ucap Eru senang sambil menghela nafas. Nanao tersenyum.
Tiba-tiba semua terasa berguncang, semua menjadi buram tak jelas seperti sebuah adegan yang dilewatkan. Dan lalu Eru kecil mengejar Nanao yang dibawa oleh orang asing menggunakan mobil. Dia pun menangis tanpa henti. Saat itu lewatlah Yuu dan Fuyumi.
“Eh, Yumi chan, kenapa harus aku yang membawa barang belanjaan ini ?” gerutu Yuu sambil membawa barang belanjaan yang begitu banyak.
“Kamu kan laki-laki, harus kuat dong.!” Sahut Fuyumi.
“Iya bener sih.. tapi kan…” balas Yuu kurang setuju.
“Sudahlah, jangan banyak alasan dan bawa semua ini sampai rumah. Atau kamu tega membiarkan seorang gadis membawa barang yang berat ?” potong Fuyumi.
“Hah..?? dasar kamu ini Yumi chan.” Ujar Yuu.
“Tunggu, sepertinya aku mendengar suara tangisan.” Sambung Yuu sambil menghentikan langkahnya dan menempelkan jarinya ke bibir.
“Iya, aku juga mendengarnua.” Balas Fuyumi sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber tangisan itu. kemudian dia melihat ke bawah jembatan. Disana ada seorang gadis kecil sedang menangis. Sontak Fuyumi langsung berlari kearah sana.
“Hei, Yumi chan! Ada apa ? tunggu aku.” Panggil Yuu berusaha mengejar Fuyumi yang berlari dengan tergesa-gesa. “Sial, gara-gara barang belanjaan ini aku jadi nggak bisa lari.” Gerutu Yuu sambil berjalan perlahan.
“Chitanda ? ternyata itu kamu ? ada apa ?” Tanya Fuyumi tampak cemas.
“Fuyumi san, Na-nanao chan… di-dia…” jawab Eru menyadari kehadiran Fuyumi dengan terisak-isak dan terbata-bata.
“Kenapa ? ada apa dengan Nanao san ?” Tanya Fuyumi panik sambil berusaha menenangkan Eru dan dirinya.
“Dia… dia dibawa orang asing.” Jawab Eru masih tersedu-sedu.
“Maksudmu dia diculik ?” Tanya Fuyumi lagi yang terdengar seperti panik. Eru tidak menjawab apa-apa hanya menganggukan kepala saja.
“Akhirnya sampai juga.” Ucap Yuu sambil meletakkan barang bawaannya dan tersengal-sengal. Saat melihat ke depan Yuu kaget ternyata yang menangis adalah Eru.
“Ada apa ? Yumi chan, dia kenapa ?” Tanya Yuu dengan polosnya.
“Nanao san diculik..” jawab Fuyumi perlahan.
“A-apa ?” Tanya Yuu kaget. Eru tidak mau berhenti menangis. Suasana menjadi tegang disana dan tidak karuan. Fuyumi berusaha menenangkannya, tapi ternyata sia-sia. Ia ingin berbuat sesuatu, tapi tak bisa melakukannya. Yuu pun menghampiri Eru.
“Siapa namamu ?” Tanya Yuu lembut sambil tersenyum.
“Eru. Chitanda Eru.” Jawab Eru sambil tetap menangis.
“Ayo berdirilah Eru chan.” Ujar Yuu sambil membantu Eru berdiri yang menangis sambil duduk memeluk lutut. “Lihatlah aku, Eru chan. Lihat kemari.” Sambung Yuu sambil mengarahkan wajah Eru kearahnya dengan kedua tangannya.
“Aku akan temukan Nanao chan. Bukan, maksudku aku pasti temukan dia.” Ucap Yuu meyakinkan Eru.
“B-benarkah ?” sahut Eru dengan agak sedikit lebih tenang.
“Ya, aku pasti temukan Nanao chan. Aku berjanji padamu.” Jawab Yuu yakin. Eru mulai berhenti menangis.
“Aku adalah seorang detektif. Aku akan menemukannya dan menyelamatkan Nanao chan.” Sambung Yuu sambil menepuk dada. “tenang saja, jangan menangis lagi. Tersenyumlah, Eru chan…” tambah Yuu sambil mengusap kepala Eru dan tersenyum hangat. Senyuman hangat itu membuat hati Eru tenang dan merasa hangat.
Chitanda Eru POV
“eemmhh..” ucapku sambil merentangkan tangan dan berusaha mengumpulkan kesadaran. Ketika sadar, aku sudah berada di meja belajarku. Kulihat diatas meja belajarku sudah terdapat buku dan peralatan tulis. Aku baru ingat, semalam aku berniat untuk mengerjakan PR tapi aku ketiduran. Aku mengalihkan pandanganku ke jam alarm yang terpajang diatas meja belajarku. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Masih sangat pagi sekali untuk pergi ke sekolah. Tiba-tiba aku teringat senyuman itu. Ya, senyuman yang mampu membuatku hangat dan tenang. Senyuman yang tak bisa kulupakan. Dan aku teringat akan lelaki yang disebut ‘Yuu’ itu. aku tidak tahu nama aslinya tapi sewaktu kecil aku memanggilnya ‘Yuu’.
‘Siapa dia ya sebenarnya ? sedang apa dia sekarang ? apa dia masih ingat padaku ?’ pikirku. Setelah itu aku segera membereskan kamarku dan peralatan tulisku yang berada di atas meja belajarku.