Tampilkan postingan dengan label Fanfic. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Fanfic. Tampilkan semua postingan
Jumat, 01 Februari 2013 di 21.49 Diposting oleh Hanifah Aulia 0 Comments

Title : Gray Rose (Chapter 3)
Author : Aulia Sylvain (Hanifah Aulia H) dan Raijuuken (Aleka Rizki A)
Genre : Mystery, Romance
Main Cast :
Oreki Houtaro
Chitanda Eru
Agatha Naomi
Sakurada Yuusuke
Supporting Cast :
Ibara Mayaka
Fukube Satoshi
Disclaimer : Hyouka (Light Novel: Honobu Yonezawa, Manga: Task Ohna)

     Siang itu di sekolah tidak biasanya Yuusuke datang telat ke ruang klub itu. ‘Mungkin ada suatu urusan yang harus dikerjakannya’ ujar Naomi pada dirinya sendiri. Tapi di ruang klub itu sudah ada Eru, Mayaka, dan Naomi.
“Hei, bagaimana kalau kita ke perpustakaan dulu sambil menunggu mereka ?” Usul Mayaka memecah keheningan di dalam ruangan itu. Eru dan Naomi saling berpandangan. Sepertinya mereka sudah mulai sedikit tertarik. Mayaka itu selain mengikuti klub Sastra ini dia juga seorang petugas perpustakaan. Eru dan Naomi mengangguk menerima ajakan yang ditawarkan Mayaka. Ketika ingin pergi, tiba-tiba pintu terbuka oleh seseorang… Sreegg.
Mereka segera melihat kearah pintu yang ternyata yang membukanya adalah Houtaro.
“Kalian mau kemana ?” Tanya Houtaro.
“Kami baru saja mau ke perpustakaan…” jawab Mayaka. Houtaro mengabaikan jawaban dari Mayaka.
“Chitanda, ada yang ingin kubicarakan sebentar denganmu.” Ujarnya pada Eru. Matanya tertuju pada Eru. Semua yang mendengarnya terkejut. “Bisa tinggalkan aku dan Eru berdua saja disini ?” pintanya pada Mayaka dan Naomi. Mayaka dan Naomi pasti tau kejadian ketika Houtaro membentak Eru kemarin. Mayaka tak ingin dia membentak Eru lagi.
“Kenapa memangnya ? aku tak bisa meninggalkannya sendiri denganmu disini. Bisa saja kau menyakitinya lagi.” Tolak Mayaka. ‘Tolonglah.. aku sedang tidak ingin berdebat kali ini.’ Batin Houtaro dalam hati.
“A--..” belum sempat Houtaro melanjutkan kata-katanya, Eru menyela. “Biarlah, Mayaka-san.. mungkin Oreki-san memang ada pelu denganku.” Ujar Eru pada Mayaka. Mayaka menyerah, apa boleh buat dia membiarkan Eru dan Houtaro berdua disini.
“Baiklah… ayo Naomi.” Kata Mayaka Akhirnya sambil mengajak Naomi pergi meninggalkan Eru dan Houtaro. Naomi mengangguk. “Tapi awas kalau kau menyakiti Chii-chan lagi..” ancamnya pada Houtaro sebelum pergi. Houtaro tidak membalasnya. Dan pintu pun tertutup.
“Jadi, ada keperluan apa denganku Oreki-san ?” Tanya Eru memecah keheningan diantara mereka.
“Maafkan aku..” Ucap Houtaro sambil membungkukkan badan. “Gomen, kemarin aku sudah membentakmu.” Lanjutnya masih dengan membungkukkan badan. Eru terkejut.
“Ng-nggak apa-apa Oreki-san.. aku memaafkanmu.” Balas Eru. Dia agak sedikit canggung.
“Benarkah ?” Tanya Houtaro bingung menegakkan badannya. Ia masih belum sepenuhnya percaya kalau dirinya sudah di maafkan betul-betul oleh Eru.
“Iya benar… aku sudah memaafkanmu.” Kata Eru lagi tersenyum. Houtaro senang dirinya dimaafkan.

Sementara itu di halaman belakang sekolah, Satoshi dan Yuusuke sedang membicarakan beberapa hal. Mereka berdua diam sebentar dalam keheningan. Saling bertatap-tatapan mata dengan serius.
“Jadi, apa yang ingin kau bicarakan padaku ?” Tanya Yuusuke pada Satoshi dengan menyilangkan tangannya di dada.
“Langsung saja ke intinya… apa kau masterku ?” balas Satoshi pada Yuusuke dengan wajah yang serius.
“Master ? Siapa itu master ?” Yuusuke balas bertanya dengan tampang polosnya. Entah Yuusuke berpura-pura pada Satoshi atau tidak.
“Hah ? Kamu jangan berpura-pura. Aku tahu itu kamu, master.” Satoshi kaget mendengar jawabannya.
“Tapi maaf.. aku tidak mengerti apa maksudmu. Mungkin kau salah orang..” balas Yuusuke dengan tersenyum. Satoshi terkejut mendengar jawaban ‘salah orang’ yang dilontarkan oleh Yuusuke. Satoshi masih belum sepenuhnya percaya apa yang dikatakannya sebenarnya. Tapi kalau dia terus mendesak Yuusuke untuk mengaku rasanya tidak enak. ‘Apa boleh buat.. hhh,’ Ucapnya dalam hati.
“Baiklah… mungkin kau benar aku salah orang… maaf sudah salah paham padamu.” Ujar Satoshi akhirnya sambil tersenyum.
“Yap. Nggak apa-apa..” balas Yuusuke. ‘Suman Satoshi… mungkin ini yang terbaik. Kalau sudah waktunya aku akan memberitahumu.’ Batin Yuusuke.
“Oke, bagaimana kalau sekarang kita kembali ke ruang klub ?” ajak Satoshi. Dan mereka segera pergi meninggalkan tempat itu.
Tentu saja Satoshi tidak mudah untuk percaya dengan perkataan Yuusuke kalau dia bukan masternya. Diam diam ia menyelidiki tentang Yuusuke tanpa sepengetahuan Yuusuke dan lainnya. Dimulai darimana dia dilahirkan, asal sekolahnya, alamatnya, bahkan nama kedua orang tuanya. Memang tak semudah yang dibayangkan Satoshi dalam mencari informasi seseorang. Tapi ia akan berusaha demi mengetahui siapa Yuusuke sebenarnya.

Bel pulang sekolah berdering saatnya murid-murid pulang ke rumah masing-masing begitu juga anggota klub sastra. Ketika Houtaro, Satoshi, Eru, Mayaka, dan Naomi akan pulang bareng, datanglah Yuusuke menyapa mereka. Lalu dia meminta Eru untuk pulang bareng dengannya. Eru sebenarnya masih ragu ragu untuk menerimanya. “Tolonglah.. aku sedang buru-buru nih… nanti aku boncengin pake sepedamu deh… lagi kita kan searah.” mohon Yuusuke dengan sangat pada Eru. Eru berpikir sejenak, dan akhirnya dia pun membolehkannya. Houtaro dan Satoshi melihat Eru yang diajak pulang oleh Yuusuke. Kemudian Satoshi melihat kearah Houtaro yang ekspresinya seperti rasa sebal. Satoshi menjadi curiga.
Selama perjalanan Yuusuke dan Eru mengobrol banyak hal.
“Chitanda-chan..” panggil Yuusuke sambil menggoes sepeda Eru.
“Iya ??” Jawab Eru yang diboncenginya dengan posisi duduk menyamping.
“Bagaimana hubungan kalian ?” Tanya Yuusuke.
“Kalian ? Kalian siapa ?” jawab Eru tidak mengerti.
“Tentu saja kamu dan Houtaro. Bukankah kalian ada hubungan special ?” Tanya Yuusuke lagi.
“Hu-hubungan special !?” ucap Eru tampak terkejut dengan wajah memerah.
“Apa aku benar ?” Tanya Yuusuke masih menggoes sepeda Eru.
“Ng-Nggak, aku nggak punya hubungan seperti itu dengan Oreki-san.” Jawab Eru panik.
“Naruhodo.. kalau begitu apa aku boleh minta tolong ?” Tanya Yuusuke lagi sambil tersenyum.
“Minta tolong ? minta tolong apaan ?” sahut Eru heran.
“Tolong indahkan masa depan Houtaro.” Jelas Yuusuke. Eru tampak tidak mengerti.
“Sekarang mungkin kamu takkan mengerti. Tapi nanti…” ucap Yuusuke terhenti. “nanti kamu akan tahu harus apa dan bagaimana, Chitanda Eru-chan.” Lanjut Yuusuke sambil menoleh sedikit dan tersenyum. Eru dapat melihat senyuman itu dan Nampak tak asing melihatnya. Dan juga senyuman hangat itu pernah ia lihat dulu. Ia mencoba mengingat-ingatnya.
Mereka sudah sampai rumah Yuusuke. Saatnya mereka berpisah. Walaupun searah, tapi rumah mereka tidak berdekatan. Rumah Eru masih jauh lagi dari rumah Yuusuke.
“Terima kasih sudah mengantarku.” Ucap Yuusuke pada Eru.
“Iya, Sama-sama.” Jawabnya. Setelah itu mereka berpamitan dan berpisah. Eru mulai menaiki sepedanya kemudian mengendarainya sampai rumahnya. Yuusuke melambaikan tangannya. Selama perjalanan pulang ke rumah Eru, Eru masih mencoba memikirkan dan mengingat-ingat senyuman Yuusuke selama dia memboncenginya. ‘Rasanya pernah lihat..’ pikir Eru sambil menggoes sepedanya.
***
Suatu malam, Eru yang sedang duduk di depan meja belajar yang awal niatnya untuk belajar tiba-tiba tampak lemas dan capai kemudian menidurkan kepalanya diatas meja belajarnya. “Nanao-chan.” Ucap Eru lemas sambil memalingkan wajahnya kearah jendela kamarnya dan perlahan matanya tertutup. Eru mengingat kenangan indah di masa kecilnya.

“Nanao chan.. tunggu..” Panggil Eru kecil mengejar seorang gadis yang berambut sebahu berwarna hitam dengan jepitan kecil mungil di poni miringnya.
“Ayo Eru chan kalau kita telat kita bisa ketinggalan.” Balas seorang gadis yang dipanggil ‘Nanao’ oleh Eru kecil.
Kemudian dari kejauhan Fuyumi kecil sedang berjalan bersama seorang anak laki-laki. Tiba-tiba terdengar suara jeritan. Ternyata Nanao sedang dikejar oleh seekor anjing.
“Eru chan tolong!!” Teriak Nanao ketakutan. Eru tidak bisa membantu apa-apa karena ia juga takut. Nanao dan Eru segera berlari menghampiri Fuyumi dan juga laki-laki itu lalu bersembunyi dibelakang Fuyumi dan anak laki-laki itu. Anjing yang mengejar Nanao dan Eru menyalaki mereka. Melihat hal itu anak laki-laki yang bersama Fuyumi itu mengambil sebuah batu yang ia temukan dijalan. Kemudian dilemparlah anjing itu menggunakan batu itu dan mengenai kepala anjing itu. Anjing itu pun langsung lari menjauh karena kesakitan.
“kalian tidak apa-apa?” Tanya anak laki-laki itu. Eru dan Nanao tersengal-sengal karena lelah berlari menghindari kejaran dari anjing itu. untung saja mereka lari menuju Fuyumi dan anak laki-laki itu.
“Kalian mau kemana kejar-kejaran begitu ?” Tanya Fuyumi.
“Ka-kami mau menonton film detektif.” Jawab Nanao masih dengan nafas yang tersengal-sengal.
“Oh.. film itu. Kami juga mau kesana.” Sahut anak laki-laki itu. Nanao melihat kearah anak laki-laki tersebut dan nampaknya ia terpesona pada laki-laki yang terlihat berwibawa tersebut.
“Bagaimana kalau kita pergi kesana bersama ?” ajak Fuyumi. Eru dan Nanao pun menerimanya. Kemudian mereka berempat pergi bersama.
“Oh ya, namamu siapa ?” Tanya Nanao dengan malu-malu.
“Aku ? haha.. kamu bisa memanggilku Yuu.” Jawab anak laki-laki itu tersenyum dan tampak ceria.
“Yuu-kun.” Ucap Nanao dengan wajah memerah.
“Kalau namamu siapa ?” Yuu balik bertanya dengan cool.
“Nao… eh, ehmm..” jawab Nanao sambil berpikir sejenak.
“Dia Nanao-chan.” Potong Eru.
“Eh, Eru chan, jangan nama itu.” tolak Nanao sambil manyun.
“Oh… Nanao kah ? Nama yang imut. Haha..” ujar Yuu tertawa dengan mengedipkan sebelah matanya. Wajah Nanao pun memerah melihat Yuu yang ceria itu dan memuji namanya. Mereka pun pergi bersama.
Sore harinya saat mereka selesai nonton film itu, mereka pulang dan berpisah.
“Yumi chan.” Panggil Yuu pada Fuyumi.
“Apa ?” sahut Fuyumi.
“Apa menurutmu aku terlalu cepat dewasa ?” Tanya Yuu dengan tampang polos.
“Iya, kamu terlihat seperti itu. Sekarang kamu sudah lebih tua.” Jawab Fuyumi sambil tersenyum.
“Hmm.. dasar.” Gerutu Yuu.
Di tempat lain Eru dan Nanao juga sempat mengobrol dalam perjalanan pulang.
“Eru chan, anak laki-laki tadi ganteng ya ?” Tanya Nanao.
“Iya, dia ganteng banget.” Jawab Eru tampak bersinar matanya.
“Eh ?!” balas Nanao kaget melihat Eru.
Mereka berdua pun tiba di rumah kediama keluarga Chitanda. Mereka terlihat sedang asik duduk-duduk di teras pinggir rumah.
“Eru chan, laki-laki tadi siapanya Irisu san ya ?” Tanya Nanao penasaran.
“Hmmm.. aku nggak tau. Tapi aku juga penasaran. Aku penasaran !” sahut Eru dengan mata berbinar-binar.
“Gimana kalau kita tanyain nanti pada Irisu san ?” usul Nanao.
“Kenapa nanti ? sekarang aja kita telepon.” Ujar Eru bersemangat.
“Telepon ? tapi Eru chan…” belum sempat menyelesaikan perkataannya, tangan Nanao sudah ditarik oleh Eru.
Kemudian mereka pun berlalri menuju telpon rumah. Eru menelpon ke kediama keluarga Irisu. Terdengar suara nada telepon disebarang sana. Kemudian dari seberang sana ada yang mengangkatnya.
“Halo..” sapa Eru di telpon.
“Ya halo..?? dengan siapa disana ?” jawab seseorang diseberang sana. Dari suaranya yang seperti adalah seorang anak laki-laki.
“Ini Yuu?” Tanya Eru bersemangat.
“Iya. Ada apa ya ?” jawab laki-laki yang ternyata Yuu dan balik bertanya.
“Kamu siapanya Fuyumi san ? Aku penasaran !” Tanya Eru dengan mata berbinar-binar dan bersemangat.
“Eeeh ??! itu Yuu kun ??!!” ucap Nanao kaget. Sontak Nanao pun langsung menarik Eru dan merebut gagang telepon itu.
“Halo…? I-ini aku. Nao, ma-maksudku Nanao.” Ujar Nanao senang dan malu-malu.
“Ohh.. Nanao chan. Ada apa ?” Tanya Yuu diseberang.
“Ka-kamu ada hubungan apa dengan Irisu san ? Apa kalian…” Tanya Nanao yang belum sempat menyelesaikan pertanyaannya.
“Nggak. Kami hanya sepupuan aja. Kenapa memangnya ?” potong Yuu seperti tahu apa yang ingin diomongkan oleh Nanao.

“Ehmm.. nggak ada apa-apa kok. Maaf udah ganggu. Selamat malam..” jawab Nanao yang kemudian menutup teleponnya.
“Eh, langsung ditutup ?” Tanya Yuu sambil menutup teleponnya.
“Bagaimana Nanao chan ? dia siapanya Fuyumi san ?” Tanya Eru penasaran.
“Dia ternyata hanya saudara sepupu Irisu-san.” Jawab Nanao senang.
“Begitu ya. Syukurlah…” ucap Eru senang sambil menghela nafas. Nanao tersenyum.

      Tiba-tiba semua terasa berguncang, semua menjadi buram tak jelas seperti sebuah adegan yang dilewatkan. Dan lalu Eru kecil mengejar Nanao yang dibawa oleh orang asing menggunakan mobil. Dia pun menangis tanpa henti. Saat itu lewatlah Yuu dan Fuyumi.
“Eh, Yumi chan, kenapa harus aku yang membawa barang belanjaan ini ?” gerutu Yuu sambil membawa barang belanjaan yang begitu banyak.
“Kamu kan laki-laki, harus kuat dong.!” Sahut Fuyumi.
“Iya bener sih.. tapi kan…” balas Yuu kurang setuju.
“Sudahlah, jangan banyak alasan dan bawa semua ini sampai rumah. Atau kamu tega membiarkan seorang gadis membawa barang yang berat ?” potong Fuyumi.
“Hah..?? dasar kamu ini Yumi chan.” Ujar Yuu.
“Tunggu, sepertinya aku mendengar suara tangisan.” Sambung Yuu sambil menghentikan langkahnya dan menempelkan jarinya ke bibir.
“Iya, aku juga mendengarnua.” Balas Fuyumi sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber tangisan itu. kemudian dia melihat ke bawah jembatan. Disana ada seorang gadis kecil sedang menangis. Sontak Fuyumi langsung berlari kearah sana.
“Hei, Yumi chan! Ada apa ? tunggu aku.” Panggil Yuu berusaha mengejar Fuyumi yang berlari dengan tergesa-gesa. “Sial, gara-gara barang belanjaan ini aku jadi nggak bisa lari.” Gerutu Yuu sambil berjalan perlahan.
“Chitanda ? ternyata itu kamu ? ada apa ?” Tanya Fuyumi tampak cemas.
“Fuyumi san, Na-nanao chan… di-dia…” jawab Eru menyadari kehadiran Fuyumi dengan terisak-isak dan terbata-bata.
“Kenapa ? ada apa dengan Nanao san ?” Tanya Fuyumi panik sambil berusaha menenangkan Eru dan dirinya.
“Dia… dia dibawa orang asing.” Jawab Eru masih tersedu-sedu.
“Maksudmu dia diculik ?” Tanya Fuyumi lagi yang terdengar seperti panik. Eru tidak menjawab apa-apa hanya menganggukan kepala saja.
“Akhirnya sampai juga.” Ucap Yuu sambil meletakkan barang bawaannya dan tersengal-sengal. Saat melihat ke depan Yuu kaget ternyata yang menangis adalah Eru.
“Ada apa ? Yumi chan, dia kenapa ?” Tanya Yuu dengan polosnya.
“Nanao san diculik..” jawab Fuyumi perlahan.
“A-apa ?” Tanya Yuu kaget. Eru tidak mau berhenti menangis. Suasana menjadi tegang disana dan tidak karuan. Fuyumi berusaha menenangkannya, tapi ternyata sia-sia. Ia ingin berbuat sesuatu, tapi tak bisa melakukannya. Yuu pun menghampiri Eru.
“Siapa namamu ?” Tanya Yuu lembut sambil tersenyum.
“Eru. Chitanda Eru.” Jawab Eru sambil tetap menangis.
“Ayo berdirilah Eru chan.” Ujar Yuu sambil membantu Eru berdiri yang menangis sambil duduk memeluk lutut. “Lihatlah aku, Eru chan. Lihat kemari.” Sambung Yuu sambil mengarahkan wajah Eru kearahnya dengan kedua tangannya.
“Aku akan temukan Nanao chan. Bukan, maksudku aku pasti temukan dia.” Ucap Yuu meyakinkan Eru.
“B-benarkah ?” sahut Eru dengan agak sedikit lebih tenang.
“Ya, aku pasti temukan Nanao chan. Aku berjanji padamu.” Jawab Yuu yakin. Eru mulai berhenti menangis.
“Aku adalah seorang detektif. Aku akan menemukannya dan menyelamatkan Nanao chan.” Sambung Yuu sambil menepuk dada. “tenang saja, jangan menangis lagi. Tersenyumlah, Eru chan…” tambah Yuu sambil mengusap kepala Eru dan tersenyum hangat. Senyuman hangat itu membuat hati Eru tenang dan merasa hangat.

Chitanda Eru POV

“eemmhh..” ucapku sambil merentangkan tangan dan berusaha mengumpulkan kesadaran. Ketika sadar, aku sudah berada di meja belajarku. Kulihat diatas meja belajarku sudah terdapat buku dan peralatan tulis. Aku baru ingat, semalam aku berniat untuk mengerjakan PR tapi aku ketiduran. Aku mengalihkan pandanganku ke jam alarm yang terpajang diatas meja belajarku. Waktu sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Masih sangat pagi sekali untuk pergi ke sekolah. Tiba-tiba aku teringat senyuman itu. Ya, senyuman yang mampu membuatku hangat dan tenang. Senyuman yang tak bisa kulupakan. Dan aku teringat akan lelaki yang disebut ‘Yuu’ itu. aku tidak tahu nama aslinya tapi sewaktu kecil aku memanggilnya ‘Yuu’.
‘Siapa dia ya sebenarnya ? sedang apa dia sekarang ? apa dia masih ingat padaku ?’ pikirku. Setelah itu aku segera membereskan kamarku dan peralatan tulisku yang berada di atas meja belajarku.

Sabtu, 12 Januari 2013 di 20.16 Diposting oleh Hanifah Aulia 0 Comments

Title : Gray Rose (Chapter 2)
Author : Aulia Sylvain (Hanifah Aulia H) dan Raijuuken (Aleka Rizki A)
Genre : Mystery, Romance
Main Cast :
Oreki Houtaro
Chitanda Eru
Agatha Naomi
Sakurada Yuusuke
Supporting Cast :
Ibara Mayaka
Fukube Satoshi
Irisu Fuyumi
Disclaimer : Hyouka (Light Novel: Honobu Yonezawa, Manga: Task Ohna)

      Keesokan harinya, seperti biasa di jam istirahat mereka berkumpul di ruang klub mereka. Disana sudah ada Yuusuke sendiri. Hanya sendiri. Dia sedang melihat kearah jendela yang menghadap ke lapangan sekolah. Dan lalu pintu bergeser terbuka… dia adalah Houtaro. Yuusuke menyadarinya, dan ia langsung mengalihkan perhatiannya dari arah jendela itu.
“Ternyata kau Oreki..” kata Yuusuke nyengir. Houtaro seperti biasa cuek terhadapnya. Dan ia pun langsung duduk di tempat duduknya yang biasa pula, begitu juga Yuusuke. Sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh Yuusuke.
“Hei hei, Oreki.. kenapa waktu kemarin aku menggoda Chitanda kau kesal ??” Yuusuke mulai bertanya pada Houtaro dengan semacam pertanyaan yang jahil.
“memangnya kenapa kalau aku kesal ?? ada hubungannya denganmu ?” jawab Houtaro yang menganggap pertanyaan seperti itu tidak penting.
“Nggak, aku hanya penasaran… mungkinkah kau cemburu ??” Balas Yuusuke dengan tersenyum mengejek. Houtaro paling malas kalau sudah meladeni pertanyaan yang tidak penting dan mencampuri urusannya.
“Aku tidak cemburu…” Balas Houtaro dengan agak bete.
“Ah, masa ??” Goda Yuusuke tidak percaya.
“iya.. aku hanya kesal ketika sedang serius ada orang yang bermesraan seenaknya.” Jawabnya akhirnya.
“Ohh, begitu… lalu pas pulang sekolah aku melihatmu pulang bareng dengan Chitanda. Ada hubungan special apa diantara kalian ??” Tanya Yuusuke lagi layaknya seorang wartawan yang memberikan pertanyaan tidak penting.
“kami tidak ada hubungan special apapun… sudahlah, berhenti menanyai aku dengan pertanyaan yang nggak penting seperti itu.” balasnya dengan bete.
“oke oke…” Yuusuke menyerah. Dan lalu datanglah Eru dibarengi dengan Mayaka dan Naomi.
“wah wah, dua orang lelaki berduaan di ruangan ini… jangan jangan.. fufu,” canda Mayaka.
“Apa sih yang kau pikirikan ?! (-__-)” balas Yuusuke dan Houtaro berbarengan.
“Ahahah.. kalian berdua lucu sekali.” Mayaka tertawa. Mereka hanya diam malas menanggapi.
“Oh ya, sepertinya tadi kalian sedang mendiskusikan sesuatu… tentang apa ??” Tanya Eru tiba-tiba.
“Bukan apa-apa..” Houtaro menjawab. “hanya pertanyaan yang nggak penting.”
“enak aja pertanyaan yang nggak penting… itu penting ye.. (-__-)” balas Yuusuke sewot.
“paling tentang cewek, Chi-chan…” jawab Mayaka tiba-tiba pada Eru.
“Sok tau…” balas Yuusuke dan Houtaro berbarengan. Mayaka hanya manyun.
Tidak berapa lama, Satoshi pun datang.
“oh, semuanya sudah datang ya.” Ujar satoshi sambil kemudian duduk di tempatnya.
“Ngomong-ngomong apa klub kita ini tak ada kegiatan yang menarik kah ?” Tanya Yuusuke.
“Kegiatan apa ? kami biasanya juga cuman duduk-duduk aja disini. Lagian aku juga malas melakukan hal yang menyusahkan. Itu hanya buang buang energi!” Jawab Houtaro sambil menopang dagu.
“Buang energi ?” Tanya Naomi tidak mengerti. Ya, sebenarnya Houtaro itu paling malas melakukan hal apapun yang menurutnya hanya membuang energinya.
“Hehe.. sudahlah tak perlu dengerin dia. Emang begitu dia mah… agak malas orangnya.” Sahut Satoshi.
“Hei hei.. (-__-)” Ucap Houtaro tersinggung.
“Bagaimana kalau kita buat Hyouka yang baru ?” usul Naomi. Hyouka itu adalah kumpulan karya sastra.
“Bicara sih emang mudah, tapi gimana bikinnya ? kita nggak punya ide mau di isi apa Hyouka itu.” sahut Mayaka.
“Aku punya. Hmmm, bagaimana kalau kita buat cerita kayak biografi gitu. Gimana ?” ujar Yuusuke menyarankan.
“Biografi ? Biografinya siapa ?” Tanya Mayaka.
“Chitanda Eru-chan ?” jawab Yuusuke sambil melirik kearah Eru.
Eru mulai bingung. Dengan tampang kebingungan ia berkata, “Eh ?? kenapa aku ??” sambil menunjuk dirinya.
“Nggak nggak.. aku lebih memilih Oreki yang jadi bahan biografinya.” Sela Naomi sambil menunjuk kearah Houtaro. Houtaro yang sedang asik mendengarkan debat mereka sambil menyenderkan kepalanya dengan tangan menopang kepalanya tiba-tiba merasa unmood.
“kenapa harus aku ??” tanyanya.
“tidak apa-apa kan ?? kami kan juga ingin tau tentang dirimu.” Jawab Naomi. Houtaro sebenarnya tidak setuju dengan itu. ia ingin membantahnya tapi saat ini ia sedang malas untuk berdebat.
Dan Eru tertarik. Rasa penasarannya kembali. Ia ingin tahu masa lalu seorang Houtarou. Sedangkan Houtarou menolaknya. Satoshi diam dan tampak sedikit murung. Houtarou pun marah dan keluar ruangan sambil membawa tasnya karena terus ditekan, apalagi oleh Eru yang tak tahu apa-apa tentang masa lalunya. Eru sempat menghentikan Houtaro yang hendak keluar karena kesal. Houtaro berbalik.
“Chitanda! Hentikanlah rasa penasaranmu itu! Masa laluku sama sekali tidak ada yg menarik. Tidak ada yg bagus dimasa laluku! Jadi, jangan paksa aku atau aku akan membencimu! Dan itu bukan urusanmu, tidak usahlah kau ikut campur dalam kehidupan masa laluku! Kau tidak tau apa-apa tentang masa laluku.!”Bentak Houtaro. Eru kaget dan yang lainnya juga. Tidak biasanya Houtaro bersikap seperti itu. hatinya sempat terluka. Hampir saja ia mengeluarkan air mata, tapi ia tahan agar tidak terlihat cengeng.
“Apa yang kau lakukan padanya Oreki ?!” Mayaka yang tidak tahan melihatnya, segera membela Eru. “dia itu perempuan. Bagaimana bisa kau membentaknya ?! tidak seperti dirimu yang biasanya..” sambil menghibur dan menghampiri Eru, Mayaka membelanya dan mengelus kepala Eru. Keadaan semakin kacau. Mereka yang melihatnya hanya diam, tidak berani untuk ikut campur.
“Kalian semua tidak tau diriku yang sebenarnya ! jangan ikut campur!” tambah Houtaro kesal. Setelah itu ia berjalan keluar dengan pintu yang ditutup dengan kencang. Menyadari itu, Satoshi menyusul Houtarou yang berada diluar. Yuusuke hanya terdiam dan wajahnya tampak pada mode serius dan curiga kali ini. Dalam hatinya ia berkata, “Ternyata benar, dia..”
Di dalam ruangan, Mayaka menghibur Eru dibantu dengan Naomi.

Ketika Houtaro sedang menatap kearah jendela dengan tatapan yang sedikit kesal, Satoshi menghampiri. Houtaro yang menatap kearah jendela itu pun menyadari kehadiran Satoshi.
“Yo..” sapa Satoshi.
“Nani ??” Tanya Houtaro jutek.
“Nandemonai… tadi kenapa kau membentak Chitanda ?? tidak biasanya…” Satoshi balas bertanya sambil memasukkan tangannya ke saku dan menghampiri Houtaro dengan berdiri di sampingnya menatap kearah jendela.
“Aku hanya emosi.. suman, emosi ku berlebihan.” Balas Houtaro menyesal.
“Ya, nggak apa-apa.. Houtarou, apa kamu masih..” ucap Satoshi tiba-tiba.
“Diamlah Satoshi. Aku nggak mau membahasnya lagi.” potong Houtarou.
“Jadi benar kamu masih mengingatnya?” tanya Satoshi.
“Tidak, aku nggak begitu mengingatnya. Tapi aku memang nggak mau mengingatnya lagi.” jawab Houtarou sambil menatap lurus kearah jendela.
“Sokka.. wakatta.” Balas Satoshi. “kalau begitu aku tinggal dulu ya…” tambahnya sambil berlalu pergi memasuki ruangan itu. Houtaro hanya mengangguk. Sebelum menuju pintu, Satoshi berbalik dan sempat berkata pada Houtaro.
“oh ya, sebaiknya kau minta maaf pada Chitanda karena telah membentaknya.” Begitulah pesan dari Satoshi yang diterima Houtaro. Lalu Satoshi masuk ke kelas itu meninggalkan Houtaro sendirian. Houtaro menghembuskan nafas dan berlalu pergi meninggalkan tempat itu dengan membawa tas sekolahnya.

Ketika sampai di loker sepatu yang berada di lantai satu dan ingin mengambil sepatunya, ia bertemu dengan Fuyumi yang kebetulan lewat. Irisu Fuyumi, adalah kakak kelas Houtaro yang berarti juga kakak kelas Satoshi, Mayaka, Eru, Yuusuke, dan Naomi. Yang sebenarnya juga Irisu Fuyumi adalah teman masa kecil Eru. Irisu Fuyumi rambutnya berwarna Hitam kebiru-biruan dengan rambut panjang yang di gerai.
“Hei kau..” panggilnya. Houtaro segera menghentikan kegiatan memakai sepatunya dan segera menoleh kearah sumber suara itu yang ternyata adalah Irisu-senpai.
“Apa kamu punya waktu?” tanya Fuyumi menghampiri Houtaro dengan menyilangkan tangan di dada.
“Nggak.” jawab Houtarou dengan singkat.
“Benarkah? Tapi kulihat kamu pulang lebih awal dari teman-temanmu. Ada apa?” tanya Fuyumi.
“Bukan urusanmu.” jawab Houtarou melanjutkan kegiatan memakai sepatunya.
"Begitu ya. Tampaknya kamu sedang ada masalah. Mungkin aku bisa membantumu." bujuk Fuyumi.
“Nggak usah, aku nggak perlu bantuanmu.” tolak Houtarou lagi. Ia sudah selesai memakai sepatunya. Dan sekarang tinggal memasukkan sandal yang biasa dipakai di sekolah ke loker sepatunya.
“Begitukah? Baiklah, tapi jika kamu butuh aku. Aku akan menunggumu di kedai minum teh yang biasa.” ujar Fuyumi meninggalkan Houtaro sendirian. Houtaro mendengarnya tapi ia abaikan dan segera berlalu pergi meninggalkan tempat itu. Houtaro dan Fuyumi biasanya pergi ke kedai teh itu jika ada masalah. Kedai teh itu bernama Hifumi.
Ia berjalan melewati pintu gerbang sekolah dengan kepala yang tertunduk entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. Ketika sudah sampai di penyebrangan jalan lampu merah, tanpa sadar ia melangkahkan kakinya menuju kedai teh dimana Fuyumi menunggunya. Ketika sampai, ia menanyakan pada seorang kasir tentang Fuyumi dengan menyebutkan cirri-ciri Fuyumi. Untunglah kasir itu mengenalnya karena mereka pelanggan tetap disana. Ketika sampai di meja yang dipesan oleh Fuyumi, Fuyumi sudah berada disana lebih dulu. Fuyumi tersenyum. Model tatanan kedai teh itu model lesehan.
“Syukurlah kamu datang, Oreki-kun.” sapa Fuyumi sambil tersenyum.
“Aku kesini juga terpaksa. Sepertinya aku memang perlu menenangkan diriku disini sambil minum teh.” balas Houtarou melepaskan sepatunya dan segera duduk dengan menaruh tasnya.
“Kalau cuma nenangin diri dan minum teh bukannya dirumah juga bisa?” ucap Fuyumi yang sebenarnya itu hanya candaan yang dilontarkan oleh Fuyumi pada Houtaro. Jleb… tapi entah kenapa itu lumayan menusuk hati Houtaro. Houtaro hanya bisa diam.
“Sudah kuduga kamu sedang ada masalah serius dengan teman-temanmu.” ujar Fuyumi yang tampaknya sudah mengetahui permasalahan itu.
“Ya, bisa dibilang begitu..” balas Houtaro. Ia tak berani menatap wajah Irisu-senpai. Entah karena perasaan takut atau apa, ia tidak begitu mengerti.
“Jadi ada masalah apa?” tanya Fuyumi dengan wajah yang serius.
“Nggak, tidak ada masalah apa-apa.” jawab Houtarou tertunduk.
“Kalau kamu terus begini takkan pernah ada habisnya. Masalah takkan selesai jika terus dihindari. Kamu harus menerimanya dan hadapi, Oreki-kun.” ujar Fuyumi menasihatinya. Houtaro tahu itu dan ia mengerti.
“Kau nggak tahu apa-apa tentangku, Irisu-senpai. gomen bicaraku lancang, tapi aku nggak mau membahas hal itu.” tolak Houtarou dingin.
“Oreki-kun, apa kamu masih marah padaku tentang masalah waktu itu?” tanya Fuyumi.
Houtarou diam tak mau menjawab. Ia jadi teringat tentang kejadian waktu itu. kejadian ketika Houtarou tahu saat Fuyumi mnyuruhnya untuk membongkar kasus naskah itu, dia merasa dimanfaatkan oleh Fuyumi. Padahal maksudnya bukan itu. Fuyumi minta sudut pandang Houtarou sebagai detektif untuk membuat cerita lebih menarik.
“Begitu ya. Baiklah aku minta maaf kalau gitu. Ini pertama kalinya aku minta maaf setelah sekian lama.” ujar Fuyumi sambil membungkukkan badan. “Jadi maukah kamu memaafkanku?” tanya Fuyumi sekali lagi.
‘Bagaimana ini? Aku nggak bisa menolak untuk memberi maaf. Tapi aku juga nggak bisa begitu saja memaafkannya atas apa yang ia lakukan padaku. Namun, kayaknya ia bersungguh-sungguh meminta maaf.’ gumam Houtarou dalam hatinya dengan kebimbangan.
“Ba-baiklah, aku memaafkanmu, Irisu-senpai.” ucap Houtarou akhirnya dengan sedikit ragu.
“Benarkah? Syukurlah kalau gitu. Sekarang aku merasa nggak terlalu terbebani. Terima kasih..” ucap Fuyumi senang.
“Ya, sama-sama, Irisu-senpai.” jawab Houtarou.
“Oh ya, jadi apa sekarang kamu sudah mau ceritakan masalahmu?” tanya Fuyumi.
“Nggak, aku nggak mau membagi ini pada orang lain. Biarlah aku menanggung beban ini sendiri.” jawab Houtarou pelan.
Houtarou nampak murung dan memalingkan wajahnya. Fuyumi yang melihat itu tampak mengerti situasi yang terjadi dalam hati Houtarou.
“Oreki-kun.” panggil Fuyumi dalam keheningan.
Houtarou menoleh, namun terkejut ternyata Fuyumi sudah tak ada di tempatnya. Lalu tiba-tiba ia merasa hangat. Ternyata Fuyumi sudah berada disampingnya memeluknya dan mendekap kepalanya.
“Kamu tak bisa selalu melakukan semuanya sendiri. Memendamnya sendiri. Kamu harus berbagi dengan teman-temanmu. Dengan sahabatmu. Dengan orang yang kamu percaya supaya mereka bisa membantu meringankan bebanmu." ucap Fuyumi sambil terus memeluk Houtarou dengan kasih sayang.
Houtarou tak bisa melawan, karena saat ini ia seperti merasakan hangatnya pelukan seorang ibu. Ia merasakan ketenangan hati saat itu.
“Tabib tak bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Kamu harus tahu itu, Oreki-kun.” tambah Fuyumi masih dengan memeluk Houtaro lembut dan membelai rambutnya dengan rasa sayangnya. Tak lama kemudian, Irisu-senpai melepaskan pelukannya. Houtaro lega dan merasa lebih tenang sekarang. Ia dapat mengerti perkataan yang diucapkan oleh Irisu-senpai barusan.
“Baiklah, aku mengerti. Akan aku ceritakan lain kali pada senpai.. tapi tidak sekarang. Mungkin aku sedang tidak mood untuk bercerita pada siapapun.” Houtaro pun akhirnya memberi jawaban dengan menundukkan kepalanya.
“Oke, tak apa. Aku akan menunggunya.” Balas Irisu-senpai tersenyum masih dengan berada di samping Houtaro. Lalu ia segera duduk di tempat duduknya semula dengan meminum tehnya. Irisu-senpai menyuruh Houtaro untuk meminum teh itu sebelum dingin, Houtaro pun menurut. Houtaro melihat jam di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, waktunya untuk pulang ke rumah.
“Irisu senpai, sepertinya aku harus pulang. Hari sudah semakin sore.” Ucap Houtaro memecah keheningan. Irisu-senpai mengangguk.
“Ya, kau benar. Sepertinya aku juga harus pulang.” Balasnya. Dan setelah itu mereka segera meninggalkan tempat itu, tak lupa juga untuk membayar pesanan teh mereka. Ketika mereka sudah berada diluar, mereka segera berpamitan satu sama lain.
“Kamu tidak langsung pulang, Irisu-senpai?” tanya Houtarou.
“Tidak, aku sedang menunggu seseorang. Dia adalah sepupuku. Kamu pasti kenal.” jawab Fuyumi.
“Hmm.. benarkah? Nggak juga tuh. Kalau gitu aku duluan ya.” sahut Houtarou. Fuyumi mengangguk dan melambaikan tangannya pada Houtaro. Houtaro pun membalas lambaian tangan itu. Kemudian Houtarou pun pergi meninggalkan Fuyumi sendirian. Dari kejauhan tampak Yuusuke memperhatikan tanpa sepengetahuan mereka.
“Baguslah, sepertinya Yumi-chan berhasil memberikan +1 untuk nya.” ujarnya sambil tersenyum. Setelah Houtaro sudah pergi dan berada jauh dari mereka, Yuusuke segera menghampiri Fuyumi yang sedang menunggu.
“Yo..” sapanya.
“Hei kau, aku tunggu juga, lama sekali.” Ujar Fuyumi.
“Haha… Gomen gomen.” Balas Yuusuke sambil tersenyum. Dan mereka pun segera meninggalkan tempat itu.

Sesampainya Houtaro di rumah, ia segera membersihkan diri, sehabis itu, ia segera masuk ke kamarnya. Merenungi apa yang terjadi tadi siang. Dia menghempaskan badannya ke tempat tidur. Jika mengingat kejadian itu ia merasa seperti…. Hmm.. entahlah seperti apa. Tetapi kali ini ia merasa gelisah.
Ia mengingat kejadian tadi saat di kedai dengan irisu senpai yang memeluknya. Sungguh, saat itu ia sangat malu sekali, jika dibayangkan mukanya menjadi merah.
‘Aahh.. apa sih yang kupikirkan ?’ ucapnya pada diri sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepala. Mukanya memerah. Ia berusaha menghilangkan pikiran yang mengusiknya itu. ia pun berbalik lagi. Ia jadi teringat kejadian saat ia membentak Eru di ruang klub. ‘aku sangat kejam ya…’ ucapnya pada diri sendiri lagi dengan perasaan bersalah. ‘besok aku harus minta maaf padanya.’ Sesalnya dalam hati. Kali ini mukanya kembali murung. Setelah berguling-guling kesana kemari di tempat tidurnya yang untungnya tempat tidurnya tidak roboh, ia segera tertidur dengan nyenyak saking capainya.
Lagi lagi ia bermimpi itu.. ya, mimpi tentang masa kecilnya. Masa kecil yang tak ingin dia ingat lagi. Tapi kali ini di mimpi itu ia seakan mengingat kejadian masa kecilnya kembali walaupun masih ada beberapa yang buram.

“Taro-kun!” terdengar suara orang memanggil dari belakang.
“Yuu.” sahut Houtarou kecil pada seorang anak lelaki yg memanggilnya.
“Bagaimana dia?” tanya anak lelaki yang dipanggil Yuu itu.
“Dia siapa?” tanya Houtarou kecil.
“******-chan.” jawab Yuu yang wajahnya tampak buram itu.
Houtarou menoleh pada anak perempuan yg duduk di depan. Tapi tiba-tiba pandangan seperti TV tanpa sinyal. Kemudian gambar jadi jelas lagi dan terlihat jelas anak perempuan tersenyum bersimbah darah.
“Hou-houtarou..” terdengar suara rintih kecil memanggil namanya dari mulut anak perempuan itu. Kemudian semuanya hening, walau mulut perempuan itu mengucapkan sesuatu tapi tak terdengar apapun. Dan kemudian semuanya gelap.
Ia kembali terbangun dari mimpi itu. nafasnya memburu. Ia segera memegang keningnya yang penuh dengan peluh itu.
“Mimpi itu lagi ?” gumamnya. Hening sebentar. Ia mencoba mengingat-ingat siapa perempuan yang berada di mimpinya itu. Rasanya dulu ia pernah mengenalnya. Menyerah untuk berpikir keras, dia pun kembali memejamkan matanya dan membaringkan badannya kembali di tempat tidur. Masih dengan pertanyaan yang misteri,
‘Siapa gadis itu?’
                                                                    ***
To be continued...

NB: Ini cerita semau gue. dengan alur dan kalimat yang semau gue.
Nggak suka ? Baca ?  Nggak usah baca ? Terserah.

Mohon Kritik dan sarannya.

Rabu, 09 Januari 2013 di 15.59 Diposting oleh Hanifah Aulia 0 Comments

Title : Gray Rose (Chapter 1): First Meeting
Author : Aulia Sylvain (Hanifah Aulia H) dan Raijuuken (Aleka Rizki A)
Genre : Mystery, Romance
Main Cast :
Oreki Houtaro
Chitanda Eru
Agatha Naomi
Sakurada Yuusuke
Supporting Cast :
Ibara Mayaka
Fukube Satoshi
Disclaimer : Hyouka (Light Novel: Honobu Yonezawa, Manga: Task Ohna)

      Sebuah ruang yang sangat gelap. Hanya ada seberkas sinar yang muncul. Ada banyak sosok tak jelas. Ada dua orang yang sedang mengobrol. Tapi pasti ada seseorang yang ia kenal walau buram. Tiba-tiba ia sudah menyaksikan sebuah kepergian seseorang, ia tidak mengenalnya. Hilang—timbul. Gelap… lalu terang… gelap lagi…
Semuanya begitu tampak tak jelas. Seperti ingatan yang buram. Dan tiba-tiba ia menyaksikan sebuah tragedi yang begitu menyeramkan. Seorang gadis terbunuh. Ada darah mengalir!

Pemuda itu terbangun dengan sigap. Napasnya memburu. Ia duduk termangu. Penuh ragu dan kehampaan. Sambil mengatur napasnya dan menarik napas dengan pelan, ia terdiam beberapa saat. Setelah beberapa menit ia bergeming, ia masih berada di kamarnya. Pemuda itu mengelap keringat yang menetes di dahinya. Sambil mengacak-acak rambut ikalnya yang cokelat gelap, ia berkata, “Kenapa? Kenapa mimpi ini datang lagi. Sial!” dan mata pun kembali terpejam. dengan masih satu pertanyaan besar.
***
      Bel istirahat berdering, semua murid-murid berhamburan keluar kelas. Seperti biasa, anggota Klub Sastra selalu berkumpul di suatu ruangan yang terletak di lantai dua pojok kelas. Anggotanya hanya terdiri dari 4 orang saja. Yaitu Oreki Houtaro, Chitanda Eru, Ibara Mayaka, dan Fukube Satoshi. Disaat mereka sedang asyik nya mengobrol, tiba-tiba pintu kelas terbuka dengan keras. Brakk.. semua yang berada disana terkejut dan langsung melihat kearah pintu kelas. Di sudut pintu itu terdapat seorang lelaki yang rambutnya berwarna cokelat muda dengan napas yang tersengal-sengal. Sambil mengatur napasnya yang tak beraturan itu, ia menghampiri mereka dan menyerahkan sebuah formulir ke atas meja. Anggota Klub Sastra hanya memandanginya dengan bingung. Pria itu pun mulai berbicara,
“izinkan aku bergabung dengan Klub Sastra kalian..!” mohon pria itu sambil membungkukkan badan.
Setelah pemuda itu memohon barulah mereka mengerti apa maksud kedatangan pemuda itu. Mereka bertepuk tangan untuk pria itu. Satoshi pun bangkit dari tempat duduk.
“Kau diterima…” kata Satoshi sambil menepuk-nepuk pundak pria itu. Setelah dibilang seperti itu oleh Satoshi, wajah pria itu kembali ceria. Setelah itu, mereka meminta pria itu mengenalkan dirinya di hadapan mereka…
“Namaku Sakurada Yuusuke. Aku dari kelas 2-B.” mendengar nama itu disebut Houtaro merasa ada sesuatu yang mengganjal. Sepertinya dahulu ia pernah mengenal pria itu, tapi dia melupakannya karena suatu alasan yang ia lupakan.
Setelah hari itu, mereka menjalani hari-hari dan aktivitas seperti biasa. Suatu hari ketika mereka sedang berkumpul di ruangan itu, Yuusuke mulai menggoda Eru (lagi). Entah kenapa ia berbuat seperti itu. Houtaro melihatnya dengan pandangan sebal dan tiba-tiba Dia menggebrak meja sambil berdiri. Orang yang berada di ruangan itu pun kaget. Tapi kemudian Houtarou duduk lagi karena malu dia keceplosan marah. Yuusuke memandanginya sambil tersenyum seperti baru menemukan sesuatu yg menarik dan dia pun mulai menggoda houtaro..
“wah wah, ada apa denganmu Oreki ??” katanya dengan nada mengejek sambil menghampiri Houtaro yang berada di seberangnya. “apa kau cemburu Oreki ??” tersenyum mengejek. Houtaro hanya menggerutu dalam hatinya dan berlalu pergi keluar koridor untuk menenangkan dirinya. Dia menutup pintu kelasnya dengan kencang sekali membuat semua orang yang berada disana kaget dan terheran-heran. Yuusuke hanya tersenyum mengejek melihatnya. Eru melihatnya dengan rasa cemas.

Houtaro POV

“Apa yg sebenarnya bocah itu lakukan? Bermesraan di ruang klub, membuatku jadi gerah saja. Cih!”Omelku kesal sambil menaruh tanganku disaku.
“Anoo.. permisi…” tiba-tiba terdengar suara lembut seorang cewek menghampiriku. Aku menengok kearah sumber suara itu.
“ya??” balasku dengan tangan yang masih berada di dalam saku celanaku. Aku berusaha meredam kemarahanku. Saat aku melihat kearahnya ternyata dia seorang gadis yang cantik dengan rambut yang berwarna hitam dan dikuncir dengan pita pink.
“Apa benar ini ruang tempat berkumpulnya anggota klub Sastra ??” tanyanya sopan dan malu-malu.
“Ya, memang kenapa ??”
Wajahnya berubah ceria. “Wah, apa kau juga salah satu anggotanya ?? Siapa namamu ?”
“Iya.. Houtaro, Oreki Houtaro. Dan kau siapa ?” balasku bertanya dengan agak sedikit jutek.
“Aku Naomi Agatha.. Jadi kau Oreki Houtaro ya.. aku tak menyangkanya. (^_^) Aku ingin bergabung dengan klubmu.” Aku diam sebentar memikirkan kata-katanya. ‘Apa maksudnya dia bilang, “Aku tak menyangkanya”?!’ –tanyaku heran pada diriku sendiri
“Yasudah, kau tinggal masuk saja kedalam.” Kataku setelah diam sejenak.
“O-oke, tapi bisakah kau mengantarku ?? aku masih agak kaku..” pintanya malu-malu. ‘Sebenarnya aku malas mengantarnya kedalam karena aku masih kesal dengan Sakurada. Tapi apa boleh buat.’ batinku. “baiklah..” jawabku akhirnya. Wajahnya kembali ceria. “asiik..” katanya senang dengan menggandeng tanganku. ‘Apa-apaan dia menggandeng tanganku seenaknya seperti seorang kekasih.. mengesalkan!’ batinku jengkel. Aku pun mulai membuka pintu. Sreegg.. semua melihat ke arahku. Aku heran ada apa.

Author POV

   Semua yang melihat Houtaro masuk dengan digandeng oleh seorang wanita, langsung menatap heran dan bertanya-tanya karena Houtaro tak pernah suka digandeng oleh seorang wanita yang tak dikenalnya. Eru yang melihat Houtaro sedang digandeng oleh seorang wanita, matanya terbelalak mungkin karena kaget dan terlihat murung.
‘Siapa gadis itu ?? kenapa dia menggandeng tangan Oreki-san seperti layaknya seorang kekasih? Apa dia kekasihnya ?’ Pikiran negative menghantui Eru. Dia tidak tau harus bagaimana.
“biar kuperkenalkan pada kalian… dia ini anggota baru kita yang ingin bergabung dengan klub sastra..” dengan menunjuk kearah Naomi, Houtaro memulai percakapan dengan nada tidak ikhlas untuk memperkenalkan Naomi. Naomi pun melepaskan tangannya dari lengan Houtaro yang habis digandengnya itu. Houtaro terlihat lega dan kembali ke tempat duduknya.
“Halo… Namaku Agatha Naomi. Aku dari kelas 2-A. Aku ingin bergabung dengan klub kalian ini yang disebut Klub Sastra.” Katanya dengan ceria memperkenalkan dirinya sambil membungkukkan badan. Semuanya menyambut dengan senang. Eru hanya tersenyum datar. Naomi sempat ditanyai kenapa ia tertarik masuk klub Sastra oleh Mayaka. Wajah Houtaro terlihat bete. Naomi mengeluarkan sebuah sebuah buku dari tasnya. Ternyata itu adalah buku karya Hyouka yang baru.
“aku tertarik karena ini,” katanya sambil menunjukkan buku itu. “aku jatuh cinta pada Oreki Houtaro penulis Hyouka itu soalnya dia hebat bisa memecahkan misteri 40 tahun lalu.” Lanjutnya dengan gembira sambil melirik kearah Houtaro. Semua mengangguk tanda mengerti kecuali Houtaro yang kaget dan merasa sebal karena dirinya disangkut pautkan oleh itu. Eru hanya tersenyum datar. Entah perasaan apa yang merasuki dirinya hingga ia kehilangan moodnya setelah Houtaro membawa masuk gadis itu dengan bergandengan.
“Ciee.. Houtaro, sepertinya kau dapat penggemar baru.” Goda Satoshi pada Houtaro. Wajah Houtaro masih terlihat bete.
‘Cewek itu ngapain bawa-bawa namaku sih ! menyebalkan sekali…’ batin Houtaro kesal. ‘sepertinya ini hari menyebalkan ku. Ck,’ keluhnya.
Dan setelah itu barulah mereka menjalani aktivitas seperti biasa.
Ketika pulang sekolah, Naomi meminta Houtaro untuk pulang bareng dengannya. Houtaro tidak mau menerima permintaan itu sebenarnya. Dan kebetulah Eru lewat dengan sepedanya.
“Eh, maaf Naomi aku sudah ada janji untuk pulang bareng Chitanda…” tolak Houtaro lembut. Chitanda yang kebetulan lewat mendengarnya. “Eh ?” Tanya Eru tidak mengerti.
“Ya Chitanda ?? Aku kan pulang bareng denganmu ya ?” Mohon Houtaro pada Eru.
“Eh ? Ap ? tapi…” Eru semakin bingung dan tidak mengerti. “Ya ??” Houtaro memohon lagi, kali ini dengan nada dan tampang yang memelas pada Eru yang merupakan kode untuk Eru. Eru agak sedikit mengerti sekarang, dan ia pun mengangguk. “I-iya.. dia pulang bareng denganku.” Kata Eru akhirnya pada Naomi. “Tuh kan…” Houtaro menambahkan.
“Eeeh ?? Tapi… Yasudahlah,” balas Naomi dengan nada kecewa dan murung. “Kalau begitu aku pulang sendiri saja. Hee” lanjut Naomi lagi dengan senyum yang mungkin agak sedikit di paksakan. Houtaro sangat lega sekali mendengarnya. Dan Naomi pun meninggalkan mereka berdua. Yuusuke juga melihatnya dari kejauhan.
Dalam perjalanan pulang sekolah dan menuju ke rumah, Houtaro dan Eru sempat bercakap-cakap sebentar. Masih agak canggung meski mereka sudah berteman lama. Eru kali ini tidak menggunakan sepedanya, sepedanya hanya dituntun.
“mmm… anoo.. Apa kau… kenal dengan Naomi ?” Tanya Eru dengan agak sedikit kaku dan malu-malu sambil menuntun sepedanya. Sedangkan Houtaro disebelah kirinya.
“Tidak… dia tiba-tiba datang saat aku keluar kelas dan meminta ingin bergabung dengan klub.” Balas Houtaro. Eru hanya mengangguk tanda mengerti. “kenapa memangnya ?” Houtaro balik bertanya.
“Ti tidak.. kukira kamu pacarnya, habis Naomi menggandeng tanganmu.” Balasnya agak sedikit malu.
Dan tiba-tiba mereka berhenti. “Hah ?? Dia pacarku ? ogah banget… dia tiba-tiba menggandeng tanganku nggak tau alasannya kenapa.” Houtaro menjelaskan dengan sedikit sewot. Eru yang mendengarnya hanya tersenyum simpul. Dan mereka melanjut perjalanan.
“Haha… begitu ya, baguslah.” Balas Eru dengan tersenyum. Houtaro agak tidak mengerti kenapa Eru bilang seperti itu. Tapi dia tidak terlalu memikirkannya.
Mereka sampai di persimpangan jalan lampu merah, mereka berpisah disini. Setelah berpamitan dan mengucapkan “bye bye” mereka melanjutkan jalan kearah rumah mereka masing-masing.
***

Tambahan: Ini cerita semau gue, dengan alur dan kalimat yang semau gue. Nggak suka, terserah mau nggak dibaca atau dibaca. ;D
 Mohon kritik dan sarannya...

Visitor

free counters