Sabtu, 27 Oktober 2012 di 03.14 Diposting oleh Hanifah Aulia 2 Comments

   Aku mengaguminya sudah lama. Tapi itu hanya sekedar kagum sebelum perasaan itu berubah lebih dari sekedar ‘kagum’.
                                                                         ***
“Keita Motoharu..” sebut guru itu saat sedang mengabsen nama murid 1-3. Aku tercengang mendengar nama itu disebut, aku memang tahu dia akan satu SMA denganku tapi tak kusangka orang yang kukagumi itu satu kelas denganku. Entah karena kebetulan atau memang karena keberuntungan.
Sama seperti di SMP, aku masih selalu memperhatikannya dari jauh. Selalu.. Tak ada bosannya. Hingga saat itu aku mendengar percakapan dengan temannya di kantin sekolah.
“Hmm.. jadi kau masih menyukai gadis yang bernama Yuina itu ya kei ?? bertahan juga kau… ahaha,” Begitu kata salah seorang temannya. Hatiku sakit saat mendengar kalimat itu.

*Flashback*

Waktu itu aku masih SMP kelas 3 dan aku sekelas dengannya. Karena tempat dudukku berada tepat di belakang tempat duduknya, aku jadi mengetahui perasaan sesungguhnya yang ia sembunyikan karena dia selalu membicarakan orang itu dengan teman sebangkunya dan itu cukup membuat hatiku sakit. Gadis yang selalu di bicarakannya itu, Yuina dari kelas 3-3 sedangkan aku dan Keita di 3-1.
Karena selalu memperhatikannya aku jadi tau kalau dia selalu memandangi Yuina dengan ekspresi wajah penuh cinta dan dia juga sempat akrab dengan Yuina. Hingga kejadian itu pun terjadi…
Hari itu saat siang menjelang sore dan para murid juga sudah pulang ke rumah masing-masing, di sekolah hanya ada Komite Murid yang sedang rapat. Karena Keita adalah ketua kelas di kelas kami maka ia juga ikut rapat begitu juga dengan Yuina. Karena aku ada barang yang ketinggalan jadi aku balik ke sekolah.
Setelah mengambil barang ku yang ketinggalan di kelas dan aku akan segera pulang ke rumahku, di tikungan koridor kelas aku melihat Keita bersama Yuina. Ia kelihatan seperti sedang memeluk Yuina. Entah apa yang terjadi, tapi itu membuatku sakit. Sakit rasanya sampai aku ingin menangis. Aku berlari sekencang mungkin entah kemana yang penting aku tidak melihat mereka berdua lagi dan tanpa kusadari air mataku jatuh membasahi pipi. Tuhan, kenapa aku memendam rasa ini padanya ? kenapa tak kau hapus saja perasaan ini jika hanya membuatku terluka.. dan akhirnya aku pun menangis.

*kembali ke masa kini*

Jika mengingat kejadian itu, rasanya sakit dan aku tidak ingin mengingatnya lagi. Toh, sekarang aku satu sekolah dan satu kelas dengannya tanpa ada Yuina dan aku juga sempat berfoto dengannya saat kelulusan.
Siang itu ia sedang duduk di bangku halaman sekolah, aku ingin mencoba menyapanya walaupun aku tak begitu dekat dengannya.
“Hey..” sapaku. Sepertinya ia agak kaget.
“Oh, Hey.. Ternyata kau Rin.” Balasnya.
“sedang apa kau ? jangan melamun di siang bolong gini.” Aku mencoba untuk mencari obrolan yang menarik. Lalu aku segera duduk di sampingnya.
“ah, tidak.. aku hanya sedang memandangi langit.” Jawabnya singkat membuatku bingung harus bicara apa lagi.
“Ooh.. Kau suka langit ya ?” akhirnya aku menemukan pembicaraan yang cocok.
“mmmh, ya.. begitulah.” Kenapa jawabannya singkat sekali sih.. obrolannya jadi kaku begini. Aah, sudahlah aku sudah tidak tahan lagi untuk menanyakan hal ini.
“Kau masih menyukai Yuina ya ??” tanpa kusadari kata-kata yang aku ucapkan itu keluar dari mulutku.
“Ba-.. Ti, tidak kok…” jawabnya gugup. Aku tau, sebenarnya ia ingin bilang ‘bagaimana kau tau itu ?’ tapi ia berbohong dengan bilang ‘tidak’ padahal jelas-jelas bahwa ia masih menyukai Yuina.
“Tidak ?? mukamu merah begitu..” Aah, aku ingin menghentikan pembicaraan ini, karena aku tau semakin dalam pembicaraan ini hatiku semakin sakit.
“Ketahuan ya… tapi, bagaimana kau bisa tau Rin ?” Tuh kan bener ia ingin bilang begitu. Tentu saja aku tau karena aku selalu memperhatikanmu dan kau selalu membicarakan tentangnya.
“tau aja..” jawabku akhirnya sambil menggoyang-goyangkan kakiku.
“Hmmm.. Kalau begitu aku bisa curhat denganmu tentang Yuina dong.. hehe,”balasnya. Eeh apa ??! mana bisa aku begitu.. Bisa bisa perasaanku akan terluka jika medengar curhatan Keita tentang Yuina padaku. Tapi aku tak bisa menolak, apa boleh buat akhirnya aku menyetujuinya.
                                                                      ***
Sejak hari itu, ia selalu datang dan mengobrol padaku. Kami jadi semakin dekat. Aku cukup senang walaupun terkadang ia curhat tentang Yuina. Ternyata Keita dan Yuina saling kontak-kontakan, itu membuatku sedikit cemburu. Bagiku, Yuina itu beruntung sekali disukai oleh pria seperti Keita yang kalau kata anak perempuan, tipe cowok yang kebanyakan disukai para cewek. Aku tau dia menyukai gadis lain, tapi tak apa kan’ jika ku pendam rasa ini walaupun itu menyakitkan bagiku..

“Saat kubilang kalau aku mengkhawatirkannya dia malah bilang padaku kalau aku lebay.. apa yang harus ku lakukan ?” katanya padaku mengakhiri cerita curhatannya. Keita kelihatan putus asa. Hari itu kami sedang duduk berdua di bangku taman sekolah.
“Hei, Rin… Apa aku lebay ??” tanyanya lagi padaku.
“Lebay ?? kalau menurutku kamu gak lebay kok.. yaah, apa boleh buat kau kan sekarang beda sekolah dengannya. Kenapa kau tak minta bertemu dengannya ?” itu saran yang ku ucapkan pada Keita. Aku tidak tau bagaimana tanggapannya nanti.
“Boleh juga tuh ! baiklah, akan kucoba! Thanks ya Rin..” balasnya senang. Aku mengangguk senang.

Malam hari, Keita meng-sms-ku.. memang, sebelumnya aku tidak punya nomor handphone-nya tapi setelah aku dan dia jadi dekat, Keita memberikan nomor handphone-nya padaku. Di dalam sms itu, Keita menulis pesan begini…
“Akhir’a aku bisa mengajak yuina ketemuan rin! Wah, gak nyangka bgt deh! Thx ya rin.. selengkap’a aku jelaskan besok di skul. –Keita-“
Yaah, aku cukup senang mendengarnya dan… jujur saja, juga sedikit cemburu. Tapi apa boleh buat, aku hanya bisa memendam perasaan itu. Bagiku yang memendam cinta sepihak padanya itu sangat menyakitkan.

Esoknya ia menceritakan padaku bagaimana ia bisa mengajak Yuina ketemuan dan rencana saat ia sudah bertemu Yuina nanti. Keita meminta bertemu dengan Yuina pada hari sabtu siang. Sekarang hari kamis, berarti lusa nanti ia akan ketemuan dengan Yuina. Pada hari Sabtu, sekolah kami dan Yuina libur. Kata Keita, ia akan mengajak Yuina ke taman rekreasi. Bayangkan, pergi berdua dengan orang yang kau suka ke taman rekreasi, bukankah itu sangat menyenangkan ?!. Dari SMP Yuina selalu saja mendapatkan perhatian istimewa dari Keita dan itulah yang membuatku iri. Di depan Keita aku seolah-olah tak menyukainya secara khusus karena aku selalu menyembunyikan perasaan itu maka dari itu, ia tak menyadari bagaimana perasaanku terhadapnya.
Hari Sabtu pun tiba dengan pagi akan menjelang siang. Aku yakin pasti nanti mereka akan bersenang-senang. Sedangkan aku di rumah hanya sendirian menonton tv bersama kuingku Miu, kucing putih peliharaanku yang diberikan ayah dan ibuku sewaktu aku kecil, bukan hanya itu tapi boneka kelinci yang ada di kamarku pun juga. Dan ibuku sedang pergi bekerja. Semenjak papah meninggalkan kami berdua untuk selamanya karena suatu penyakit yang dideritanya, ibu jadi harus bekerja keras untuk mencukupi kehidupan kami berdua. Kadang ibu pulang dengan wajah lelah dan capai, Aku merasa kasihan pada ibu yang bekerja keras untuk menghidupiku dan dirinya.
Drrt Drrt Drrt… Hp ku bergetar. Aku segera mengambil hpku di meja belajar, mengecek dari siapa pesan itu. Dan ternyata itu pesan balasan dari Keita, Begini isi pesannya…
“aku dan yuina sdng mkn skrng.. sepulang dr tmn rekreasi sore ini, aku akan menyatakan prasaanku pada’a. doakan aku ya rin..” Dheg.. Aku memegang dadaku yang terasa sesak. Entah kenapa rasanya sesak sekali… kuatkan hatimu Rin. Lalu aku membalasnya dengan dukungan dan tanggapan positif.
Waktu berlalu dengan cepat, hari sudah malam sekitar pukul 22.00 malam. Pastinya Keita dan Yuina sekarang sudah ada di rumah. Mereka pulang pada sore hari sekitar jam 5 sore, begitu menurut pesan yang kuterima dari Keita. Dan sekarang aku belum juga tidur, walaupun mataku sudah 5 wat. Aku tiduran di ranjangku sambil mendengarkan musik yang pas dengan suasana hatiku saat ini dengan headset ditelingaku dan lampu dimatikan sambil menunggu ibu pulang. Di meja makan, aku sudah siapkan makan malam untuk ibu, kebiasaanku kalau ibu pulang larut.
Ibu belum juga pulang, waktu sudah menunjukkan pukul 22.25. ketika aku ingin memejamkan mata untuk tidur, tiba-tiba aku mendengar suara pintu dibuka lalu ditutup. ‘Cklek.. Blam’. Sepertinya ibu sudah pulang. Sambil mengintip dari balik pintu kamarku, aku memandangi wajah lelah ibu yang biasanya sehabis pulang kerja dan memerhatikannya yang sedang merapikan sepatu. Sepertinya ibu menyadari aku yang mengintip dari balik pintu kamar. Aku segera sadar dan menghampiri ibu dan menyalimnya.
“Ibu baru pulang ?? pasti capek… aku bantu bawakan tas ibu ke kamar ya..” tawarku pada ibu.
“mm.. iya. Kamu belum tidur nak ??” balas ibu. Aku segera membawakan tas ibu ke kamar dan menaruhnya, setelah itu aku keluar dari kamar ibu.
“belum bu..” jawabku. Lalu aku segera membuatkan ibu teh. “Bu, aku tinggal tidur ya..” kataku lagi pada ibu. Ibu membalasnya dengan ‘iya’ dan mengangguk. Akupun segera masuk kamar dan tidur.

2 Responses so far.

  1. Fanfic atau namanya disamarkan nih? ^^

    Its OK, buat masa mudamu bahagia..

    Follmyblog >> nomor2.blogspot.com

  2. Fanfic.. heheh. :D
    siipp.. thanks ya, :)

Posting Komentar

Ditunggu Komentarnya... ^_^

Visitor

free counters