Sabtu, 12 Januari 2013 di 20.16 Diposting oleh Hanifah Aulia 0 Comments

Title : Gray Rose (Chapter 2)
Author : Aulia Sylvain (Hanifah Aulia H) dan Raijuuken (Aleka Rizki A)
Genre : Mystery, Romance
Main Cast :
Oreki Houtaro
Chitanda Eru
Agatha Naomi
Sakurada Yuusuke
Supporting Cast :
Ibara Mayaka
Fukube Satoshi
Irisu Fuyumi
Disclaimer : Hyouka (Light Novel: Honobu Yonezawa, Manga: Task Ohna)

      Keesokan harinya, seperti biasa di jam istirahat mereka berkumpul di ruang klub mereka. Disana sudah ada Yuusuke sendiri. Hanya sendiri. Dia sedang melihat kearah jendela yang menghadap ke lapangan sekolah. Dan lalu pintu bergeser terbuka… dia adalah Houtaro. Yuusuke menyadarinya, dan ia langsung mengalihkan perhatiannya dari arah jendela itu.
“Ternyata kau Oreki..” kata Yuusuke nyengir. Houtaro seperti biasa cuek terhadapnya. Dan ia pun langsung duduk di tempat duduknya yang biasa pula, begitu juga Yuusuke. Sepertinya ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh Yuusuke.
“Hei hei, Oreki.. kenapa waktu kemarin aku menggoda Chitanda kau kesal ??” Yuusuke mulai bertanya pada Houtaro dengan semacam pertanyaan yang jahil.
“memangnya kenapa kalau aku kesal ?? ada hubungannya denganmu ?” jawab Houtaro yang menganggap pertanyaan seperti itu tidak penting.
“Nggak, aku hanya penasaran… mungkinkah kau cemburu ??” Balas Yuusuke dengan tersenyum mengejek. Houtaro paling malas kalau sudah meladeni pertanyaan yang tidak penting dan mencampuri urusannya.
“Aku tidak cemburu…” Balas Houtaro dengan agak bete.
“Ah, masa ??” Goda Yuusuke tidak percaya.
“iya.. aku hanya kesal ketika sedang serius ada orang yang bermesraan seenaknya.” Jawabnya akhirnya.
“Ohh, begitu… lalu pas pulang sekolah aku melihatmu pulang bareng dengan Chitanda. Ada hubungan special apa diantara kalian ??” Tanya Yuusuke lagi layaknya seorang wartawan yang memberikan pertanyaan tidak penting.
“kami tidak ada hubungan special apapun… sudahlah, berhenti menanyai aku dengan pertanyaan yang nggak penting seperti itu.” balasnya dengan bete.
“oke oke…” Yuusuke menyerah. Dan lalu datanglah Eru dibarengi dengan Mayaka dan Naomi.
“wah wah, dua orang lelaki berduaan di ruangan ini… jangan jangan.. fufu,” canda Mayaka.
“Apa sih yang kau pikirikan ?! (-__-)” balas Yuusuke dan Houtaro berbarengan.
“Ahahah.. kalian berdua lucu sekali.” Mayaka tertawa. Mereka hanya diam malas menanggapi.
“Oh ya, sepertinya tadi kalian sedang mendiskusikan sesuatu… tentang apa ??” Tanya Eru tiba-tiba.
“Bukan apa-apa..” Houtaro menjawab. “hanya pertanyaan yang nggak penting.”
“enak aja pertanyaan yang nggak penting… itu penting ye.. (-__-)” balas Yuusuke sewot.
“paling tentang cewek, Chi-chan…” jawab Mayaka tiba-tiba pada Eru.
“Sok tau…” balas Yuusuke dan Houtaro berbarengan. Mayaka hanya manyun.
Tidak berapa lama, Satoshi pun datang.
“oh, semuanya sudah datang ya.” Ujar satoshi sambil kemudian duduk di tempatnya.
“Ngomong-ngomong apa klub kita ini tak ada kegiatan yang menarik kah ?” Tanya Yuusuke.
“Kegiatan apa ? kami biasanya juga cuman duduk-duduk aja disini. Lagian aku juga malas melakukan hal yang menyusahkan. Itu hanya buang buang energi!” Jawab Houtaro sambil menopang dagu.
“Buang energi ?” Tanya Naomi tidak mengerti. Ya, sebenarnya Houtaro itu paling malas melakukan hal apapun yang menurutnya hanya membuang energinya.
“Hehe.. sudahlah tak perlu dengerin dia. Emang begitu dia mah… agak malas orangnya.” Sahut Satoshi.
“Hei hei.. (-__-)” Ucap Houtaro tersinggung.
“Bagaimana kalau kita buat Hyouka yang baru ?” usul Naomi. Hyouka itu adalah kumpulan karya sastra.
“Bicara sih emang mudah, tapi gimana bikinnya ? kita nggak punya ide mau di isi apa Hyouka itu.” sahut Mayaka.
“Aku punya. Hmmm, bagaimana kalau kita buat cerita kayak biografi gitu. Gimana ?” ujar Yuusuke menyarankan.
“Biografi ? Biografinya siapa ?” Tanya Mayaka.
“Chitanda Eru-chan ?” jawab Yuusuke sambil melirik kearah Eru.
Eru mulai bingung. Dengan tampang kebingungan ia berkata, “Eh ?? kenapa aku ??” sambil menunjuk dirinya.
“Nggak nggak.. aku lebih memilih Oreki yang jadi bahan biografinya.” Sela Naomi sambil menunjuk kearah Houtaro. Houtaro yang sedang asik mendengarkan debat mereka sambil menyenderkan kepalanya dengan tangan menopang kepalanya tiba-tiba merasa unmood.
“kenapa harus aku ??” tanyanya.
“tidak apa-apa kan ?? kami kan juga ingin tau tentang dirimu.” Jawab Naomi. Houtaro sebenarnya tidak setuju dengan itu. ia ingin membantahnya tapi saat ini ia sedang malas untuk berdebat.
Dan Eru tertarik. Rasa penasarannya kembali. Ia ingin tahu masa lalu seorang Houtarou. Sedangkan Houtarou menolaknya. Satoshi diam dan tampak sedikit murung. Houtarou pun marah dan keluar ruangan sambil membawa tasnya karena terus ditekan, apalagi oleh Eru yang tak tahu apa-apa tentang masa lalunya. Eru sempat menghentikan Houtaro yang hendak keluar karena kesal. Houtaro berbalik.
“Chitanda! Hentikanlah rasa penasaranmu itu! Masa laluku sama sekali tidak ada yg menarik. Tidak ada yg bagus dimasa laluku! Jadi, jangan paksa aku atau aku akan membencimu! Dan itu bukan urusanmu, tidak usahlah kau ikut campur dalam kehidupan masa laluku! Kau tidak tau apa-apa tentang masa laluku.!”Bentak Houtaro. Eru kaget dan yang lainnya juga. Tidak biasanya Houtaro bersikap seperti itu. hatinya sempat terluka. Hampir saja ia mengeluarkan air mata, tapi ia tahan agar tidak terlihat cengeng.
“Apa yang kau lakukan padanya Oreki ?!” Mayaka yang tidak tahan melihatnya, segera membela Eru. “dia itu perempuan. Bagaimana bisa kau membentaknya ?! tidak seperti dirimu yang biasanya..” sambil menghibur dan menghampiri Eru, Mayaka membelanya dan mengelus kepala Eru. Keadaan semakin kacau. Mereka yang melihatnya hanya diam, tidak berani untuk ikut campur.
“Kalian semua tidak tau diriku yang sebenarnya ! jangan ikut campur!” tambah Houtaro kesal. Setelah itu ia berjalan keluar dengan pintu yang ditutup dengan kencang. Menyadari itu, Satoshi menyusul Houtarou yang berada diluar. Yuusuke hanya terdiam dan wajahnya tampak pada mode serius dan curiga kali ini. Dalam hatinya ia berkata, “Ternyata benar, dia..”
Di dalam ruangan, Mayaka menghibur Eru dibantu dengan Naomi.

Ketika Houtaro sedang menatap kearah jendela dengan tatapan yang sedikit kesal, Satoshi menghampiri. Houtaro yang menatap kearah jendela itu pun menyadari kehadiran Satoshi.
“Yo..” sapa Satoshi.
“Nani ??” Tanya Houtaro jutek.
“Nandemonai… tadi kenapa kau membentak Chitanda ?? tidak biasanya…” Satoshi balas bertanya sambil memasukkan tangannya ke saku dan menghampiri Houtaro dengan berdiri di sampingnya menatap kearah jendela.
“Aku hanya emosi.. suman, emosi ku berlebihan.” Balas Houtaro menyesal.
“Ya, nggak apa-apa.. Houtarou, apa kamu masih..” ucap Satoshi tiba-tiba.
“Diamlah Satoshi. Aku nggak mau membahasnya lagi.” potong Houtarou.
“Jadi benar kamu masih mengingatnya?” tanya Satoshi.
“Tidak, aku nggak begitu mengingatnya. Tapi aku memang nggak mau mengingatnya lagi.” jawab Houtarou sambil menatap lurus kearah jendela.
“Sokka.. wakatta.” Balas Satoshi. “kalau begitu aku tinggal dulu ya…” tambahnya sambil berlalu pergi memasuki ruangan itu. Houtaro hanya mengangguk. Sebelum menuju pintu, Satoshi berbalik dan sempat berkata pada Houtaro.
“oh ya, sebaiknya kau minta maaf pada Chitanda karena telah membentaknya.” Begitulah pesan dari Satoshi yang diterima Houtaro. Lalu Satoshi masuk ke kelas itu meninggalkan Houtaro sendirian. Houtaro menghembuskan nafas dan berlalu pergi meninggalkan tempat itu dengan membawa tas sekolahnya.

Ketika sampai di loker sepatu yang berada di lantai satu dan ingin mengambil sepatunya, ia bertemu dengan Fuyumi yang kebetulan lewat. Irisu Fuyumi, adalah kakak kelas Houtaro yang berarti juga kakak kelas Satoshi, Mayaka, Eru, Yuusuke, dan Naomi. Yang sebenarnya juga Irisu Fuyumi adalah teman masa kecil Eru. Irisu Fuyumi rambutnya berwarna Hitam kebiru-biruan dengan rambut panjang yang di gerai.
“Hei kau..” panggilnya. Houtaro segera menghentikan kegiatan memakai sepatunya dan segera menoleh kearah sumber suara itu yang ternyata adalah Irisu-senpai.
“Apa kamu punya waktu?” tanya Fuyumi menghampiri Houtaro dengan menyilangkan tangan di dada.
“Nggak.” jawab Houtarou dengan singkat.
“Benarkah? Tapi kulihat kamu pulang lebih awal dari teman-temanmu. Ada apa?” tanya Fuyumi.
“Bukan urusanmu.” jawab Houtarou melanjutkan kegiatan memakai sepatunya.
"Begitu ya. Tampaknya kamu sedang ada masalah. Mungkin aku bisa membantumu." bujuk Fuyumi.
“Nggak usah, aku nggak perlu bantuanmu.” tolak Houtarou lagi. Ia sudah selesai memakai sepatunya. Dan sekarang tinggal memasukkan sandal yang biasa dipakai di sekolah ke loker sepatunya.
“Begitukah? Baiklah, tapi jika kamu butuh aku. Aku akan menunggumu di kedai minum teh yang biasa.” ujar Fuyumi meninggalkan Houtaro sendirian. Houtaro mendengarnya tapi ia abaikan dan segera berlalu pergi meninggalkan tempat itu. Houtaro dan Fuyumi biasanya pergi ke kedai teh itu jika ada masalah. Kedai teh itu bernama Hifumi.
Ia berjalan melewati pintu gerbang sekolah dengan kepala yang tertunduk entah apa yang sedang dipikirkan olehnya. Ketika sudah sampai di penyebrangan jalan lampu merah, tanpa sadar ia melangkahkan kakinya menuju kedai teh dimana Fuyumi menunggunya. Ketika sampai, ia menanyakan pada seorang kasir tentang Fuyumi dengan menyebutkan cirri-ciri Fuyumi. Untunglah kasir itu mengenalnya karena mereka pelanggan tetap disana. Ketika sampai di meja yang dipesan oleh Fuyumi, Fuyumi sudah berada disana lebih dulu. Fuyumi tersenyum. Model tatanan kedai teh itu model lesehan.
“Syukurlah kamu datang, Oreki-kun.” sapa Fuyumi sambil tersenyum.
“Aku kesini juga terpaksa. Sepertinya aku memang perlu menenangkan diriku disini sambil minum teh.” balas Houtarou melepaskan sepatunya dan segera duduk dengan menaruh tasnya.
“Kalau cuma nenangin diri dan minum teh bukannya dirumah juga bisa?” ucap Fuyumi yang sebenarnya itu hanya candaan yang dilontarkan oleh Fuyumi pada Houtaro. Jleb… tapi entah kenapa itu lumayan menusuk hati Houtaro. Houtaro hanya bisa diam.
“Sudah kuduga kamu sedang ada masalah serius dengan teman-temanmu.” ujar Fuyumi yang tampaknya sudah mengetahui permasalahan itu.
“Ya, bisa dibilang begitu..” balas Houtaro. Ia tak berani menatap wajah Irisu-senpai. Entah karena perasaan takut atau apa, ia tidak begitu mengerti.
“Jadi ada masalah apa?” tanya Fuyumi dengan wajah yang serius.
“Nggak, tidak ada masalah apa-apa.” jawab Houtarou tertunduk.
“Kalau kamu terus begini takkan pernah ada habisnya. Masalah takkan selesai jika terus dihindari. Kamu harus menerimanya dan hadapi, Oreki-kun.” ujar Fuyumi menasihatinya. Houtaro tahu itu dan ia mengerti.
“Kau nggak tahu apa-apa tentangku, Irisu-senpai. gomen bicaraku lancang, tapi aku nggak mau membahas hal itu.” tolak Houtarou dingin.
“Oreki-kun, apa kamu masih marah padaku tentang masalah waktu itu?” tanya Fuyumi.
Houtarou diam tak mau menjawab. Ia jadi teringat tentang kejadian waktu itu. kejadian ketika Houtarou tahu saat Fuyumi mnyuruhnya untuk membongkar kasus naskah itu, dia merasa dimanfaatkan oleh Fuyumi. Padahal maksudnya bukan itu. Fuyumi minta sudut pandang Houtarou sebagai detektif untuk membuat cerita lebih menarik.
“Begitu ya. Baiklah aku minta maaf kalau gitu. Ini pertama kalinya aku minta maaf setelah sekian lama.” ujar Fuyumi sambil membungkukkan badan. “Jadi maukah kamu memaafkanku?” tanya Fuyumi sekali lagi.
‘Bagaimana ini? Aku nggak bisa menolak untuk memberi maaf. Tapi aku juga nggak bisa begitu saja memaafkannya atas apa yang ia lakukan padaku. Namun, kayaknya ia bersungguh-sungguh meminta maaf.’ gumam Houtarou dalam hatinya dengan kebimbangan.
“Ba-baiklah, aku memaafkanmu, Irisu-senpai.” ucap Houtarou akhirnya dengan sedikit ragu.
“Benarkah? Syukurlah kalau gitu. Sekarang aku merasa nggak terlalu terbebani. Terima kasih..” ucap Fuyumi senang.
“Ya, sama-sama, Irisu-senpai.” jawab Houtarou.
“Oh ya, jadi apa sekarang kamu sudah mau ceritakan masalahmu?” tanya Fuyumi.
“Nggak, aku nggak mau membagi ini pada orang lain. Biarlah aku menanggung beban ini sendiri.” jawab Houtarou pelan.
Houtarou nampak murung dan memalingkan wajahnya. Fuyumi yang melihat itu tampak mengerti situasi yang terjadi dalam hati Houtarou.
“Oreki-kun.” panggil Fuyumi dalam keheningan.
Houtarou menoleh, namun terkejut ternyata Fuyumi sudah tak ada di tempatnya. Lalu tiba-tiba ia merasa hangat. Ternyata Fuyumi sudah berada disampingnya memeluknya dan mendekap kepalanya.
“Kamu tak bisa selalu melakukan semuanya sendiri. Memendamnya sendiri. Kamu harus berbagi dengan teman-temanmu. Dengan sahabatmu. Dengan orang yang kamu percaya supaya mereka bisa membantu meringankan bebanmu." ucap Fuyumi sambil terus memeluk Houtarou dengan kasih sayang.
Houtarou tak bisa melawan, karena saat ini ia seperti merasakan hangatnya pelukan seorang ibu. Ia merasakan ketenangan hati saat itu.
“Tabib tak bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Kamu harus tahu itu, Oreki-kun.” tambah Fuyumi masih dengan memeluk Houtaro lembut dan membelai rambutnya dengan rasa sayangnya. Tak lama kemudian, Irisu-senpai melepaskan pelukannya. Houtaro lega dan merasa lebih tenang sekarang. Ia dapat mengerti perkataan yang diucapkan oleh Irisu-senpai barusan.
“Baiklah, aku mengerti. Akan aku ceritakan lain kali pada senpai.. tapi tidak sekarang. Mungkin aku sedang tidak mood untuk bercerita pada siapapun.” Houtaro pun akhirnya memberi jawaban dengan menundukkan kepalanya.
“Oke, tak apa. Aku akan menunggunya.” Balas Irisu-senpai tersenyum masih dengan berada di samping Houtaro. Lalu ia segera duduk di tempat duduknya semula dengan meminum tehnya. Irisu-senpai menyuruh Houtaro untuk meminum teh itu sebelum dingin, Houtaro pun menurut. Houtaro melihat jam di tangan kirinya, waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore, waktunya untuk pulang ke rumah.
“Irisu senpai, sepertinya aku harus pulang. Hari sudah semakin sore.” Ucap Houtaro memecah keheningan. Irisu-senpai mengangguk.
“Ya, kau benar. Sepertinya aku juga harus pulang.” Balasnya. Dan setelah itu mereka segera meninggalkan tempat itu, tak lupa juga untuk membayar pesanan teh mereka. Ketika mereka sudah berada diluar, mereka segera berpamitan satu sama lain.
“Kamu tidak langsung pulang, Irisu-senpai?” tanya Houtarou.
“Tidak, aku sedang menunggu seseorang. Dia adalah sepupuku. Kamu pasti kenal.” jawab Fuyumi.
“Hmm.. benarkah? Nggak juga tuh. Kalau gitu aku duluan ya.” sahut Houtarou. Fuyumi mengangguk dan melambaikan tangannya pada Houtaro. Houtaro pun membalas lambaian tangan itu. Kemudian Houtarou pun pergi meninggalkan Fuyumi sendirian. Dari kejauhan tampak Yuusuke memperhatikan tanpa sepengetahuan mereka.
“Baguslah, sepertinya Yumi-chan berhasil memberikan +1 untuk nya.” ujarnya sambil tersenyum. Setelah Houtaro sudah pergi dan berada jauh dari mereka, Yuusuke segera menghampiri Fuyumi yang sedang menunggu.
“Yo..” sapanya.
“Hei kau, aku tunggu juga, lama sekali.” Ujar Fuyumi.
“Haha… Gomen gomen.” Balas Yuusuke sambil tersenyum. Dan mereka pun segera meninggalkan tempat itu.

Sesampainya Houtaro di rumah, ia segera membersihkan diri, sehabis itu, ia segera masuk ke kamarnya. Merenungi apa yang terjadi tadi siang. Dia menghempaskan badannya ke tempat tidur. Jika mengingat kejadian itu ia merasa seperti…. Hmm.. entahlah seperti apa. Tetapi kali ini ia merasa gelisah.
Ia mengingat kejadian tadi saat di kedai dengan irisu senpai yang memeluknya. Sungguh, saat itu ia sangat malu sekali, jika dibayangkan mukanya menjadi merah.
‘Aahh.. apa sih yang kupikirkan ?’ ucapnya pada diri sendiri sambil menggeleng-gelengkan kepala. Mukanya memerah. Ia berusaha menghilangkan pikiran yang mengusiknya itu. ia pun berbalik lagi. Ia jadi teringat kejadian saat ia membentak Eru di ruang klub. ‘aku sangat kejam ya…’ ucapnya pada diri sendiri lagi dengan perasaan bersalah. ‘besok aku harus minta maaf padanya.’ Sesalnya dalam hati. Kali ini mukanya kembali murung. Setelah berguling-guling kesana kemari di tempat tidurnya yang untungnya tempat tidurnya tidak roboh, ia segera tertidur dengan nyenyak saking capainya.
Lagi lagi ia bermimpi itu.. ya, mimpi tentang masa kecilnya. Masa kecil yang tak ingin dia ingat lagi. Tapi kali ini di mimpi itu ia seakan mengingat kejadian masa kecilnya kembali walaupun masih ada beberapa yang buram.

“Taro-kun!” terdengar suara orang memanggil dari belakang.
“Yuu.” sahut Houtarou kecil pada seorang anak lelaki yg memanggilnya.
“Bagaimana dia?” tanya anak lelaki yang dipanggil Yuu itu.
“Dia siapa?” tanya Houtarou kecil.
“******-chan.” jawab Yuu yang wajahnya tampak buram itu.
Houtarou menoleh pada anak perempuan yg duduk di depan. Tapi tiba-tiba pandangan seperti TV tanpa sinyal. Kemudian gambar jadi jelas lagi dan terlihat jelas anak perempuan tersenyum bersimbah darah.
“Hou-houtarou..” terdengar suara rintih kecil memanggil namanya dari mulut anak perempuan itu. Kemudian semuanya hening, walau mulut perempuan itu mengucapkan sesuatu tapi tak terdengar apapun. Dan kemudian semuanya gelap.
Ia kembali terbangun dari mimpi itu. nafasnya memburu. Ia segera memegang keningnya yang penuh dengan peluh itu.
“Mimpi itu lagi ?” gumamnya. Hening sebentar. Ia mencoba mengingat-ingat siapa perempuan yang berada di mimpinya itu. Rasanya dulu ia pernah mengenalnya. Menyerah untuk berpikir keras, dia pun kembali memejamkan matanya dan membaringkan badannya kembali di tempat tidur. Masih dengan pertanyaan yang misteri,
‘Siapa gadis itu?’
                                                                    ***
To be continued...

NB: Ini cerita semau gue. dengan alur dan kalimat yang semau gue.
Nggak suka ? Baca ?  Nggak usah baca ? Terserah.

Mohon Kritik dan sarannya.

Rabu, 09 Januari 2013 di 15.59 Diposting oleh Hanifah Aulia 0 Comments

Title : Gray Rose (Chapter 1): First Meeting
Author : Aulia Sylvain (Hanifah Aulia H) dan Raijuuken (Aleka Rizki A)
Genre : Mystery, Romance
Main Cast :
Oreki Houtaro
Chitanda Eru
Agatha Naomi
Sakurada Yuusuke
Supporting Cast :
Ibara Mayaka
Fukube Satoshi
Disclaimer : Hyouka (Light Novel: Honobu Yonezawa, Manga: Task Ohna)

      Sebuah ruang yang sangat gelap. Hanya ada seberkas sinar yang muncul. Ada banyak sosok tak jelas. Ada dua orang yang sedang mengobrol. Tapi pasti ada seseorang yang ia kenal walau buram. Tiba-tiba ia sudah menyaksikan sebuah kepergian seseorang, ia tidak mengenalnya. Hilang—timbul. Gelap… lalu terang… gelap lagi…
Semuanya begitu tampak tak jelas. Seperti ingatan yang buram. Dan tiba-tiba ia menyaksikan sebuah tragedi yang begitu menyeramkan. Seorang gadis terbunuh. Ada darah mengalir!

Pemuda itu terbangun dengan sigap. Napasnya memburu. Ia duduk termangu. Penuh ragu dan kehampaan. Sambil mengatur napasnya dan menarik napas dengan pelan, ia terdiam beberapa saat. Setelah beberapa menit ia bergeming, ia masih berada di kamarnya. Pemuda itu mengelap keringat yang menetes di dahinya. Sambil mengacak-acak rambut ikalnya yang cokelat gelap, ia berkata, “Kenapa? Kenapa mimpi ini datang lagi. Sial!” dan mata pun kembali terpejam. dengan masih satu pertanyaan besar.
***
      Bel istirahat berdering, semua murid-murid berhamburan keluar kelas. Seperti biasa, anggota Klub Sastra selalu berkumpul di suatu ruangan yang terletak di lantai dua pojok kelas. Anggotanya hanya terdiri dari 4 orang saja. Yaitu Oreki Houtaro, Chitanda Eru, Ibara Mayaka, dan Fukube Satoshi. Disaat mereka sedang asyik nya mengobrol, tiba-tiba pintu kelas terbuka dengan keras. Brakk.. semua yang berada disana terkejut dan langsung melihat kearah pintu kelas. Di sudut pintu itu terdapat seorang lelaki yang rambutnya berwarna cokelat muda dengan napas yang tersengal-sengal. Sambil mengatur napasnya yang tak beraturan itu, ia menghampiri mereka dan menyerahkan sebuah formulir ke atas meja. Anggota Klub Sastra hanya memandanginya dengan bingung. Pria itu pun mulai berbicara,
“izinkan aku bergabung dengan Klub Sastra kalian..!” mohon pria itu sambil membungkukkan badan.
Setelah pemuda itu memohon barulah mereka mengerti apa maksud kedatangan pemuda itu. Mereka bertepuk tangan untuk pria itu. Satoshi pun bangkit dari tempat duduk.
“Kau diterima…” kata Satoshi sambil menepuk-nepuk pundak pria itu. Setelah dibilang seperti itu oleh Satoshi, wajah pria itu kembali ceria. Setelah itu, mereka meminta pria itu mengenalkan dirinya di hadapan mereka…
“Namaku Sakurada Yuusuke. Aku dari kelas 2-B.” mendengar nama itu disebut Houtaro merasa ada sesuatu yang mengganjal. Sepertinya dahulu ia pernah mengenal pria itu, tapi dia melupakannya karena suatu alasan yang ia lupakan.
Setelah hari itu, mereka menjalani hari-hari dan aktivitas seperti biasa. Suatu hari ketika mereka sedang berkumpul di ruangan itu, Yuusuke mulai menggoda Eru (lagi). Entah kenapa ia berbuat seperti itu. Houtaro melihatnya dengan pandangan sebal dan tiba-tiba Dia menggebrak meja sambil berdiri. Orang yang berada di ruangan itu pun kaget. Tapi kemudian Houtarou duduk lagi karena malu dia keceplosan marah. Yuusuke memandanginya sambil tersenyum seperti baru menemukan sesuatu yg menarik dan dia pun mulai menggoda houtaro..
“wah wah, ada apa denganmu Oreki ??” katanya dengan nada mengejek sambil menghampiri Houtaro yang berada di seberangnya. “apa kau cemburu Oreki ??” tersenyum mengejek. Houtaro hanya menggerutu dalam hatinya dan berlalu pergi keluar koridor untuk menenangkan dirinya. Dia menutup pintu kelasnya dengan kencang sekali membuat semua orang yang berada disana kaget dan terheran-heran. Yuusuke hanya tersenyum mengejek melihatnya. Eru melihatnya dengan rasa cemas.

Houtaro POV

“Apa yg sebenarnya bocah itu lakukan? Bermesraan di ruang klub, membuatku jadi gerah saja. Cih!”Omelku kesal sambil menaruh tanganku disaku.
“Anoo.. permisi…” tiba-tiba terdengar suara lembut seorang cewek menghampiriku. Aku menengok kearah sumber suara itu.
“ya??” balasku dengan tangan yang masih berada di dalam saku celanaku. Aku berusaha meredam kemarahanku. Saat aku melihat kearahnya ternyata dia seorang gadis yang cantik dengan rambut yang berwarna hitam dan dikuncir dengan pita pink.
“Apa benar ini ruang tempat berkumpulnya anggota klub Sastra ??” tanyanya sopan dan malu-malu.
“Ya, memang kenapa ??”
Wajahnya berubah ceria. “Wah, apa kau juga salah satu anggotanya ?? Siapa namamu ?”
“Iya.. Houtaro, Oreki Houtaro. Dan kau siapa ?” balasku bertanya dengan agak sedikit jutek.
“Aku Naomi Agatha.. Jadi kau Oreki Houtaro ya.. aku tak menyangkanya. (^_^) Aku ingin bergabung dengan klubmu.” Aku diam sebentar memikirkan kata-katanya. ‘Apa maksudnya dia bilang, “Aku tak menyangkanya”?!’ –tanyaku heran pada diriku sendiri
“Yasudah, kau tinggal masuk saja kedalam.” Kataku setelah diam sejenak.
“O-oke, tapi bisakah kau mengantarku ?? aku masih agak kaku..” pintanya malu-malu. ‘Sebenarnya aku malas mengantarnya kedalam karena aku masih kesal dengan Sakurada. Tapi apa boleh buat.’ batinku. “baiklah..” jawabku akhirnya. Wajahnya kembali ceria. “asiik..” katanya senang dengan menggandeng tanganku. ‘Apa-apaan dia menggandeng tanganku seenaknya seperti seorang kekasih.. mengesalkan!’ batinku jengkel. Aku pun mulai membuka pintu. Sreegg.. semua melihat ke arahku. Aku heran ada apa.

Author POV

   Semua yang melihat Houtaro masuk dengan digandeng oleh seorang wanita, langsung menatap heran dan bertanya-tanya karena Houtaro tak pernah suka digandeng oleh seorang wanita yang tak dikenalnya. Eru yang melihat Houtaro sedang digandeng oleh seorang wanita, matanya terbelalak mungkin karena kaget dan terlihat murung.
‘Siapa gadis itu ?? kenapa dia menggandeng tangan Oreki-san seperti layaknya seorang kekasih? Apa dia kekasihnya ?’ Pikiran negative menghantui Eru. Dia tidak tau harus bagaimana.
“biar kuperkenalkan pada kalian… dia ini anggota baru kita yang ingin bergabung dengan klub sastra..” dengan menunjuk kearah Naomi, Houtaro memulai percakapan dengan nada tidak ikhlas untuk memperkenalkan Naomi. Naomi pun melepaskan tangannya dari lengan Houtaro yang habis digandengnya itu. Houtaro terlihat lega dan kembali ke tempat duduknya.
“Halo… Namaku Agatha Naomi. Aku dari kelas 2-A. Aku ingin bergabung dengan klub kalian ini yang disebut Klub Sastra.” Katanya dengan ceria memperkenalkan dirinya sambil membungkukkan badan. Semuanya menyambut dengan senang. Eru hanya tersenyum datar. Naomi sempat ditanyai kenapa ia tertarik masuk klub Sastra oleh Mayaka. Wajah Houtaro terlihat bete. Naomi mengeluarkan sebuah sebuah buku dari tasnya. Ternyata itu adalah buku karya Hyouka yang baru.
“aku tertarik karena ini,” katanya sambil menunjukkan buku itu. “aku jatuh cinta pada Oreki Houtaro penulis Hyouka itu soalnya dia hebat bisa memecahkan misteri 40 tahun lalu.” Lanjutnya dengan gembira sambil melirik kearah Houtaro. Semua mengangguk tanda mengerti kecuali Houtaro yang kaget dan merasa sebal karena dirinya disangkut pautkan oleh itu. Eru hanya tersenyum datar. Entah perasaan apa yang merasuki dirinya hingga ia kehilangan moodnya setelah Houtaro membawa masuk gadis itu dengan bergandengan.
“Ciee.. Houtaro, sepertinya kau dapat penggemar baru.” Goda Satoshi pada Houtaro. Wajah Houtaro masih terlihat bete.
‘Cewek itu ngapain bawa-bawa namaku sih ! menyebalkan sekali…’ batin Houtaro kesal. ‘sepertinya ini hari menyebalkan ku. Ck,’ keluhnya.
Dan setelah itu barulah mereka menjalani aktivitas seperti biasa.
Ketika pulang sekolah, Naomi meminta Houtaro untuk pulang bareng dengannya. Houtaro tidak mau menerima permintaan itu sebenarnya. Dan kebetulah Eru lewat dengan sepedanya.
“Eh, maaf Naomi aku sudah ada janji untuk pulang bareng Chitanda…” tolak Houtaro lembut. Chitanda yang kebetulan lewat mendengarnya. “Eh ?” Tanya Eru tidak mengerti.
“Ya Chitanda ?? Aku kan pulang bareng denganmu ya ?” Mohon Houtaro pada Eru.
“Eh ? Ap ? tapi…” Eru semakin bingung dan tidak mengerti. “Ya ??” Houtaro memohon lagi, kali ini dengan nada dan tampang yang memelas pada Eru yang merupakan kode untuk Eru. Eru agak sedikit mengerti sekarang, dan ia pun mengangguk. “I-iya.. dia pulang bareng denganku.” Kata Eru akhirnya pada Naomi. “Tuh kan…” Houtaro menambahkan.
“Eeeh ?? Tapi… Yasudahlah,” balas Naomi dengan nada kecewa dan murung. “Kalau begitu aku pulang sendiri saja. Hee” lanjut Naomi lagi dengan senyum yang mungkin agak sedikit di paksakan. Houtaro sangat lega sekali mendengarnya. Dan Naomi pun meninggalkan mereka berdua. Yuusuke juga melihatnya dari kejauhan.
Dalam perjalanan pulang sekolah dan menuju ke rumah, Houtaro dan Eru sempat bercakap-cakap sebentar. Masih agak canggung meski mereka sudah berteman lama. Eru kali ini tidak menggunakan sepedanya, sepedanya hanya dituntun.
“mmm… anoo.. Apa kau… kenal dengan Naomi ?” Tanya Eru dengan agak sedikit kaku dan malu-malu sambil menuntun sepedanya. Sedangkan Houtaro disebelah kirinya.
“Tidak… dia tiba-tiba datang saat aku keluar kelas dan meminta ingin bergabung dengan klub.” Balas Houtaro. Eru hanya mengangguk tanda mengerti. “kenapa memangnya ?” Houtaro balik bertanya.
“Ti tidak.. kukira kamu pacarnya, habis Naomi menggandeng tanganmu.” Balasnya agak sedikit malu.
Dan tiba-tiba mereka berhenti. “Hah ?? Dia pacarku ? ogah banget… dia tiba-tiba menggandeng tanganku nggak tau alasannya kenapa.” Houtaro menjelaskan dengan sedikit sewot. Eru yang mendengarnya hanya tersenyum simpul. Dan mereka melanjut perjalanan.
“Haha… begitu ya, baguslah.” Balas Eru dengan tersenyum. Houtaro agak tidak mengerti kenapa Eru bilang seperti itu. Tapi dia tidak terlalu memikirkannya.
Mereka sampai di persimpangan jalan lampu merah, mereka berpisah disini. Setelah berpamitan dan mengucapkan “bye bye” mereka melanjutkan jalan kearah rumah mereka masing-masing.
***

Tambahan: Ini cerita semau gue, dengan alur dan kalimat yang semau gue. Nggak suka, terserah mau nggak dibaca atau dibaca. ;D
 Mohon kritik dan sarannya...

Visitor

free counters